Jakarta, tvOnenews.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali mengalami pelemahan tipis pada pembukaan perdagangan Senin pagi (24/3).
Pelemahan ini terjadi di tengah sentimen global yang masih didominasi oleh ketidakpastian kebijakan suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), serta gejolak ekonomi di kawasan Eropa dan Asia. Tekanan terhadap rupiah juga dipicu oleh meningkatnya permintaan dolar AS dari pelaku pasar dan investor asing.
Menurut pengamat ekonomi, pelemahan rupiah ini masih dalam batas wajar karena faktor eksternal yang cukup dominan.
Pasar masih menunggu kejelasan terkait kebijakan moneter The Fed yang kemungkinan akan mempertahankan suku bunga tinggi dalam waktu dekat.
Hal ini membuat dolar AS tetap dalam posisi kuat dan memberikan tekanan terhadap mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
Bank Indonesia (BI) menyatakan siap melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyebutkan bahwa cadangan devisa Indonesia masih cukup kuat untuk melakukan langkah-langkah stabilisasi jika tekanan terhadap rupiah semakin meningkat.
"Kami akan terus berada di pasar untuk memastikan volatilitas rupiah tetap terjaga dalam kisaran yang aman," ujar Perry dalam keterangan tertulis.
Sejumlah analis memperkirakan rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp16.450 hingga Rp16.550 per dolar AS dalam jangka pendek. Faktor eksternal, seperti rilis data ketenagakerjaan AS dan pidato Ketua The Fed pada pekan ini, diperkirakan akan menjadi penentu arah pergerakan rupiah selanjutnya.
Dengan ketidakpastian global yang masih tinggi, pelaku pasar disarankan untuk tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi. Potensi penguatan rupiah bisa terjadi jika The Fed mulai memberikan sinyal pelonggaran kebijakan moneter dalam waktu dekat. (nsp)
Load more