Jakarta, tvOnenews.com - Agung Sedayu Group milik Sugianto Kusuma alias Aguan belakangan ini santer menjadi sorotan menyusul isu nasional yang cukup ramai, yakni kasus pagar laut Tangerang, Banten.
Alhasil, nama Aguan selaku bos raksasa konglomerasi perusahaan properti yang menjadi pengembang kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) itu juga diseret-seret.
Pasalnya, pagar laut di pesisir Tangerang itu berada di kawasan elite PIK 2 yang sedang dikembangkan oleh Agung Sedayu Group.
Agung Sedayu Group melalui anak usahanya yakni PT Intan Agung Makmur (IAM) dan PT Cahaya Inti Sentosa (CIS) menjadi perusahaan yang memiliki Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB).
Hingga Jumat, 21 Februari 2025, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Nusron Wahid klaim telah melakukan pembatalan 209 sertifikat di pagar laut Tangerang.
Kendati demikian, Polri menyatakan bahwa dalam waktu dekat Aguan tidak akan turut diperiksa. Pasalnya, nama Aguan tidak disebutkan oleh saksi-saksi yang sudah diperiksa.
Lantas, bagaimana sosok Aguan yang kini menjadi konglomerat properti dan sering dijuluki 'Sang Naga' dan masuk jajaran orang terkaya dan berpengaruh di Indonesia? Berikut ini adalah profil hingga kerajaan bisnis yang dimilikinya.
Kehidupan Awal Aguan, Pernah Jadi Penjaga Gudang dan Tukang Bersih-Bersih
Pendiri sekaligus pemilik Agung Sedayu Group, Sugianto Kusuma atau dikenal dengan nama Aguan diketahui lahir di Palembang, Sumatera Selatan, pada 10 Januari 1951 silam.
Nama aslinya adalah Guo Zaiyuan dan sempat mengenyam pendidikan di sekolah menengah Tionghoa bernama Jugang Zhongxue, lembaga pendidikan Tionghoa terkemuka yang didirikan pada tahun 1951.
Berdasarkan sejarah dari profil induk perusahaan, diceritakan bahwa Aguan dulunya hanya merupakan seorang penjaga gudang dan juru bersih di sebuah kantor perusahaan impor.
Sampai pada akhirnya, Aguan bertemu dengan seorang teman yang mengubah hidupnya dalam dunia bisnis di Indonesia.
"Jauh sebelum Aguan menjadi bos properti seperti saat ini, kisah suksesnya bermula dari pertemuannya dengan seorang pemborong bangunan yang sedang tidak memiliki uang," begitu riwayat Aguan yang dituliskan perusahaan.
Hingga kemudian, Aguan mengulurkan bantuan dengan memberikan pinjaman modal kepada rekanannya itu untuk membangun ruko dengan sistem bagi hasil.
Dari sini, Aguan kemudian belajar mengenai bisnis bangunan sampai akhirnya ia memulai bisnisnya sendiri pada bidang konstruksi.
Nasib baik ternyata terus berpihak pada Aguan. Sampai pada tahun 1971, bisnisnya mulai melenting seiring perekonomian dan dunia bisnis di Indonesia mulai bangkit.
Memulai bisnis dengan proyek kecil, melalui Agung Sedayu Group (ASG) menjadi awalan yang baik bagi bisnisnya. Agung Sedayu Group mengkhususkan diri pada pengembangan properti sebagai solusi bisnis dan one-stop-living.
Sejak tahun 1991, perusahaan Aguan itu berhasil membuktikan sebagai perusahaan properti papan atas lewat kesuksesannya membangun Harco Mangga Dua, Mal Elektronik terintegrasi pertama di Indonesia.
Melalui PT Multi Artha Pratama, Aguan dan keluarganya mengendalikan berbagai unit bisnis strategis. Salah satunya salah satunya adalah kepemilikan 89% saham Pantai Indah Kapuk Dua.
Selain itu, Aguan bersama Tomy Winata melalui PT Jakarta International Hotels & Developments juga mengembangkan dan memiliki Sudirman Central Business District. Keluarga Aguan juga menguasai 50% saham PT Cahaya Kusuma Abadi Sejahtera (CKAS).
Proyek-proyek Agung Sedayu Group yang terkenal selanjutnya di antaranya di Sedayu City Kelapa Gading, Kelapa Gading Square, Pantai Indah Kapuk (PIK), District 8 SCBD Jakarta, Puri Mansion, Taman Anggrek Residences, Green Sedayu, Green Lake City dan lainnya.
Nama Agung Sedayu Group kemudian terus menjadi besar dalam dunia real estate Tanah Air. Di tahun 2021, bisnis Aguan semakin berkembang. Melalui PT Multi Artha Pratama (MAP), mengakuisisi PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) yang disponsori oleh Agung Sedayu Group bersama Salim Group yang fokus mengembangkan kawasan PIK2.
Kemudian, PANI melanjutkan kembali aksi korporasi, yakni penambahan modal dengan memberikan Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) I sebesar Rp6,56 Triliun, PMHMETD II sebesar Rp10,49 Triliun, dan Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) sebesar Rp6,53 Triliun sehingga total ekuitas konsolidasi PANI sebesar Rp23 Triliun.
Pada tahun 2022, PANI mengakuisisi PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK). PANI yang menempati posisi sebagai Top 10 emiten dengan kapitalisasi pasar tertinggi di Indonesia dengan Market Capitalization mencapai Rp322 Triliun.
Saat ini, jumlah aset PANI per September 2024 adalah sebesar Rp44 Triliun dan total revenue sebesar Rp2,1 Triliun yang dilaporkan pada bulan September tahun lalu.
Berdasarkan laporan Tempo yang mewawancarai Aguan pada 26 November 2024, Bos Agung Sedayu Group itu tidak tahu berapa kekayaannya.
Namanya juga tak pernah dimunculkan dalam daftar triliuner yang rutin dirilis oleh penerbit dan firma bisnis dunia. Padahal bisnis Aguan semakin hari semakin terpantau bertambah.
Itu belum termasuk bisnis istrinya, Rebecca Halim di Erajaya Group yang memiliki banyak sekali anak usaha.
Aguan melalui PT Catur Kusuma Abadi Sejahtera menguasai saham PT Eralink International sebanyak 10,79%. Selain itu, Aguan juga menggenggam secara langsung saham Eralink International sekitar 3%.
Eralink International adalah pengendali PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) dengan kepemilikan 54,51%. Rebecca Halim, istri Aguan, tercatat memiliki 32,04% saham Eralink International secara langsung dan tercatat sebagai penerima manfaat akhir dari ERAA.
Lebih dari itu, anak sulung Aguan yakni Alexander Halim Kusuma merupakan Direktur Utama/CEO Agung Sedayu Realestat Indonesia (ASRI) serta Wakil Presiden Direktur PANI. Alexander juga adalah pemegang 25% saham PT Catur Kusuma Abadi Sejahtera (CKAS), pemegang 50% saham PT Agung Sedayu bersama 50% saham PT Cahaya Bintang Sejahtera (CBS).
Anak kedua Aguan, Richard Halim Kusuma saat ini juga menjabat sebagai Komrisaris ERAA, Direktur PT Agung Sedayu, Direktur PT Erafone Artha Retailindo, serta menjadi Komisaris PANI. Richard juga tercatat memegang 25% saham PT Catur Kusuma Abadi Sejahtera (CKAS).
Selanjutnya, anak ketiga Aguan yakni Lareina Halim Kusuma memang tercatat dalam bisnis Agung Sedayu Group. Tetapi dia diketahui menikah dengan Ekman Tjandranegara, putra Eka Tjandranegara yang merupakan pendiri Grup Mulia.
Anak keempatnya, Luvena Katherine Halim, tercatat memiliki 25% saham PT Catur Kusuma Abadi Sejahtera (CKAS).
Tidak hanya berbisnis, nama Aguan juga identik dengan Yayasan Buddha Tzu Chi yang merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang sosial kemanusiaan. Di sana, Aguan menjabat sebagai wakil ketua Yayasan Buddha Tzu Chi.
Aguan dan istrinya, Lin Liping alias Rebecca Halim, telah aktif melakukan berbagai sosial bersama Yayasan Buddha Tzu Chi sejak awal bergabung pada Maret 2002 silam. (rpi)
Load more