Jakarta, tvOnenews.com - Pagi ini publik dibuat heboh dengan kabar Hasto Kristiyanto yang dinyatakan sebagai tersangka KPK dalam kasus dugaan suap yang melibatkan buronan Harun Masiku.
Penetapan Sekjen PDIP ini sebagai tersangka tertuang dalam surat perintah penyidikan atau sprindik bernomor Sprin.Dik/153/DIK.00/01/12/2024 tanggal 23 Desember 2024.
Kabar ini tentu saja menuai banyak perhatian dari publik, terutama DPP PDI Perjuangan lantaran pihaknya lewat Jubir Chico Hakim mengaku belum mendapatkan info akurat terkait Hasto Kristiyanto ditetapkan sebagai tersangka kasus suap Harun Masiku oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Profil Pendidikan Hasto Kristiyanto
Lahir di Yogyakarta pada 7 Juli 1966, saat ini Hasto Kristiyanto berusia 58 tahun. Perjalanan pendidikannya dimulai di SD Gentan Yogyakarta yang ditempuh dari tahun 1972 hingga 1979.
Hasto memiliki perjalanan pendidikan yang mentereng. Ia melanjutkan pendidikan di SMP Negeri Gentan Yogyakarta dari 1979 hingga 1982. Setelah itu, ia menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Kolese De Britto Yogyakarta dari tahun 1982 hingga 1985.
Setelah lulus SMA, Hasto melanjutkan ke jenjang S1 di Fakultas Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, menempuh pendidikan dari tahun 1985 hingga berhasil meraih gelar sarjana pada tahun 1991.
Pada tingkat pendidikan pascasarjana, Hasto mengambil program magister (S2) Manajemen di STIE Prasetya Mulya Business School, Jakarta, dari tahun 1997 hingga 2000.
Pendidikan Hasto tidak berhenti di situ. Pada tahun 2020 hingga 2021, ia menempuh pendidikan profesi Insinyur di UGM. Di waktu yang hampir bersamaan, ia juga mengambil studi S3 di bidang Ilmu Pertahanan di Universitas Pertahanan Bogor, yang diselesaikan pada tahun 2022.
Tentu saja pendidikan yang mentereng ini membuat Hasto Kristiyanto memiliki perjalanan karier yang mulus. Ia pernah menjadi Project Manager Departemen marketing di PT Rekayasa Industri dan menjabatr sebagai Procject Director PT Prada Nusa Perkasa di usianya yang masih 36 tahun.
Pada tahun 2002, ia resmi bergabung dengan PDIP dan menjabat sebagai Wakil Sekretaris Bidang II Media Massa dan Penggalangan di DPP PDIP.
Tak lama setelah itu, Hasto mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI dan terpilih pada Pemilu 2004. Ia mewakili daerah pemilihan (dapil) Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan, dan Trenggalek, Jawa Timur.
Selama periode 2004-2009, Hasto bertugas di Komisi VI yang membidangi perdagangan, perindustrian, investasi, dan koperasi.
Sayangnya pada Pemilu 2009, Hasto tidak berhasil mempertahankan kursinya di DPR. Meskipun begitu, kegagalan tersebut tidak mematahkan semangatnya untuk terus berkontribusi di PDIP. Ia tetap aktif di partai sebagai Wakil Sekretaris DPP PDIP, memberikan pelatihan dan pendidikan politik kepada para kader.
Jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2014, peran Hasto di PDIP semakin signifikan. Ia mendapatkan kepercayaan besar dari Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri, untuk menangani tugas-tugas penting partai.
Pada Pilpres tersebut, Hasto menjabat sebagai Koordinator Juru Bicara Tim Pemenangan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla, pasangan yang diusung PDIP. Pada saat itu, ia juga menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal PDIP, menunjukkan kiprahnya yang semakin strategis dalam partai.
Setelah berhasil mengantarkan Joko Widodo (Jokowi) menjadi Presiden RI pada Pilpres 2014, Hasto Kristiyanto mendapatkan tugas yang lebih besar dari partainya.
Meskipun berpeluang masuk ke dalam kabinet Jokowi, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri justru memintanya untuk tetap berjuang di internal partai. Hasto kemudian diangkat sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDIP untuk periode 2015-2020.
Selama menjabat, ia berhasil membawa PDIP mencatat berbagai kemenangan penting dalam pemilu dan pilkada di berbagai daerah.
Kesuksesan tersebut membuat Hasto kembali dipercaya oleh Megawati dan partai untuk melanjutkan jabatannya sebagai Sekjen DPP PDIP pada periode 2019-2024, memperkuat posisinya sebagai salah satu tokoh strategis dalam PDIP.
Dulu saat dirinya menjadi anggota DPR RI di bawah naungan PDI-P, Hasto Kristiyanto ternyata tidak melaporkan harta kekayaannya ke LHKPN.
Kala itu, Hasto tidak melaporkan kekayaannya karena masa jabatannya hanya pada tahun 2004 hingga 2009. Namun, tertulis di situs resmi LHKPN bahwa Hasto memiliki kekayaan sekitar Rp1,1 miliar. (nsp)
Load more