INFOGRAFIS: Hilirisasi Industri di Era Jokowi dan Dampaknya pada Perekonomian RI
- tvOnenews.com/Wildan Mustofa
Jakarta, tvOnenews.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) selalu menegaskan bahwa hilirisasi adalah kunci utama untuk mendongkrak ekonomi Indonesia.
Jokowi ingin mengubah wajah ekonomi Indonesia dari yang sebelumnya pemasok bahan mentah, menjadi negara yang memproduksi barang bernilai tambah tinggi dari kekayaan sumber daya alamnya.
Meski mendapatkan respons yang cukup reaktif dari negara-negara Eropa, terutama terkait hilirisasi nikel, pemerintah tetap teguh menjalankan strategi ini.
Indonesia telah menapaki hilirisasi di sektor mineral seperti nikel dan bauksit, serta sektor agro seperti kelapa sawit. Hasilnya mulai terlihat dengan peningkatan devisa, investasi, serta lapangan kerja yang lebih luas.
Jokowi dalan acara Kompas 100 CEO Forum ke-15 yang digelar pada Jumat, 11 Oktober 2024, menyampaikan bagaimana hilirisasi telah meningkatkan nilai tambah produk-produk dalam negeri dan menciptakan ratusan ribu lapangan kerja.
"Sering saya sampaikan nikel sebelum hilirisasi itu 2,29 bilion USD per tahun ekspor kita mentahan raw material, begitu stop terakhir 2023 34,4 billion USD. Berapa kali lompatnya? Berapa ratus ribu lapangan pekerjaan yang bisa dibuka dari situ?" ujar Presiden.
Dampak Hilirisasi Nikel dan Sawit
hilirisasi juga diterapkan pada sektor kelapa sawit. Pada tahun 2015, sekitar 18% ekspor sawit masih berupa minyak sawit mentah (CPO) dan 6% CPKO (minyak inti sawit mentah).
Namun pada 2022, persentase ekspor bahan mentah ini turun drastis menjadi hanya 2% CPO dan 4% CPKO.
Sebaliknya, ekspor produk hilirnya melonjak dengan 73% berupa produk refinery dan 21% produk lainnya. Dalam periode 2015-2022, ekspor industri kelapa sawit mencapai volume total 282 juta MT dengan nilai US$176,84 miliar, dan pemerintah memperoleh pungutan ekspor sebesar Rp182 triliun.
Berdasarkan data PDB nasional pada triwulan II-2024 yang mencapai Rp5.536 triliun, sektor pengolahan kelapa sawit berkontribusi sekitar 3,5%.
Dengan hilirisasi, produk turunan dari sawit baik pangan (oleofood), nonpangan (oleochemical), bahan bakar terbarukan (biofuel), hingga biomaterial ramah lingkungan, memberikan nilai tambah yang lebih tinggi.
Pengembangan produk hilir kelapa sawit juga difokuskan pada produk unggulan, seperti deterjen cair, kosmetik, cat, dan produk farmasi, yang memiliki potensi nilai tambah hingga 580%.
Load more