Presiden juga memaparkan keberhasilan Indonesia dalam mengolah nikel menjadi stainless steel dan baterai, yang merupakan hasil nyata dari hilirisasi. Menurut Jokowi, dampak dari hilirisasi nikel sangat signifikan.
"Lompatannya kelihatan sekali dari yang 1,4-2 miliar US dolar sebelum nikel distop, kemudian melompat menjadi 34,8 miliar US dolar. Itu adalah sebuah lompatan yang besar sekali," ujarnya.
Selain nikel, smelter tembaga juga menunjukkan keberhasilan, dengan investasi mencapai puluhan triliun rupiah. Hilirisasi bauksit juga sudah dimulai dan akan terus dikembangkan.
Jokowi juga menyoroti pentingnya hilirisasi di sektor padat karya seperti pertanian, kelautan, dan pangan.
Komoditas seperti kopi, kakao, lada, dan nilam harus diolah sebelum diekspor, bukan hanya dikirim dalam bentuk mentah. Menurutnya, dengan luasnya lahan perkebunan kopi dan kakao di Indonesia, potensi ini harus dioptimalkan.
Jokowi melihat potensi besar dari rumput laut, yang bisa digunakan untuk berbagai produk seperti pupuk organik, kosmetik, hingga bio avtur.
Lebih lanjut, Jokowi menegaskan pentingnya Indonesia menempuh jalannya sendiri dalam memanfaatkan sumber daya alam. Ia tidak ingin Indonesia mengikuti tren dunia yang malah membuat persaingan semakin ketat.
Load more