Meneropong Dampak Hilirisasi Industri Jokowi: Benarkah Nilai Ekspor Naik dan Lapangan Kerja Bertambah?
- tvOnenews.com/Julio Trisaputra
Jakarta, tvOnenews.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kerap menekankan pentingnya hilirisasi industri dalam berbagai kesempatan. Presiden yakin bahwa hilirisasi adalah kunci utama untuk meningkatkan ekonomi Indonesia.
Dengan fokus pada pengolahan sumber daya alam, Jokowi ingin mengubah wajah ekonomi Indonesia dari sekadar pemasok bahan mentah menjadi negara yang memproduksi barang bernilai tambah tinggi.
Menjelang akhir masa jabatannya, kinerja Jokowi semakin gencar dalam mendorong hilirisasi di berbagai sektor. Upaya ini dilakukan untuk memberikan nilai tambah pada sumber daya alam Indonesia, yang melimpah namun sering diekspor mentah.
Meski menghadapi tekanan dari negara-negara Eropa, terutama terkait ekspor nikel, pemerintah tetap teguh menjalankan strategi ini.
Indonesia telah menapaki hilirisasi di sektor mineral seperti nikel dan bauksit, serta sektor agro seperti kelapa sawit. Hasilnya mulai terlihat dengan peningkatan devisa, investasi, serta lapangan kerja yang lebih luas.
Saat memberikan sambutan di acara BNI Investor Daily pada 8 Oktober 2024 di Jakarta, Jokowi menekankan pentingnya hilirisasi dan digitalisasi untuk mendukung transformasi ekonomi.
"Satu hilirisasi, yang kedua digitalisasi. Digitalisasi yang namanya data center itu wajib segera kita miliki," kata Jokowi.
Presiden juga memaparkan keberhasilan Indonesia dalam mengolah nikel menjadi stainless steel dan baterai, yang merupakan hasil nyata dari hilirisasi. Menurut Jokowi, dampak dari hilirisasi nikel sangat signifikan.
"Lompatannya kelihatan sekali dari yang 1,4-2 miliar US dolar sebelum nikel distop, kemudian melompat menjadi 34,8 miliar US dolar. Itu adalah sebuah lompatan yang besar sekali," ujarnya.
Selain nikel, smelter tembaga juga menunjukkan keberhasilan, dengan investasi mencapai puluhan triliun rupiah. Hilirisasi bauksit juga sudah dimulai dan akan terus dikembangkan.
Jokowi juga menyoroti pentingnya hilirisasi di sektor padat karya seperti pertanian, kelautan, dan pangan.
Komoditas seperti kopi, kakao, lada, dan nilam harus diolah sebelum diekspor, bukan hanya dikirim dalam bentuk mentah. Menurutnya, dengan luasnya lahan perkebunan kopi dan kakao di Indonesia, potensi ini harus dioptimalkan.
Jokowi melihat potensi besar dari rumput laut, yang bisa digunakan untuk berbagai produk seperti pupuk organik, kosmetik, hingga bio avtur.
Load more