Bener Meriah, tvOnenews.com - Di antara pohon kopi yang rimbun memadati lahan seluas puluhan hektar, diselingi juntaan kemerahan tanda matang buah kopi Gayo dari ranting-ranting, para petani kopi Bener Meriah sibuk menuai berkah.
Mukiran, petani berusia 55 tahun yang bermukim di Desa Panji Mulia 1, menceritakan, bahwa kopi telah menjadi penyokong ekonomi keluarga warga desa sejak bertahun-tahun lamanya.
“Petani kopi di Bener Meriah sudah menikmati hasil,” ujar Mukiran tersenyum.
Tentu, untuk memperoleh hasil itu memerlukan ketekunan dan kebulatan tekad para petani kopi
dalam proses pengolahan dan perawatannya guna menghasilkan biji kopi yang berkualitas dan
bermutu tinggi. Dengan begitu, pemasaran kopi pun menjadi termudahkan bagi petani.
Lahan kopi yang dikelola petani Bener Meriah umumnya dimiliki secara pribadi oleh masyarakat.Teknik penanaman yang digunakan juga masih kental dengan ilmu yang diturun-temurunkan dari generasi ke generasi.
“Cara menanam kopi masih dengan cara tradisional. Juga sudah mengaplikasikan dengan cara terbaru melalui pelatihan-pelatihan,” ujar Mukiran.
Menurutnya, ada banyak tantangan yang harus dihadapi selama ia menjadi petani kopi. Musim
penghujan salah satunya, menyebabkan gagalnya panen raya karena tidak adanya terik matahari
untuk mengeringkan biji kopi.
Petani Kopi di Gayo sedang Memanen Biji Kopi.
“Sekian bulan yang lalu, kopi itu rusak karena tidak bisa dijemur,” kata Mukiran.
Selain ekstremnya musim hujan, Mukiran juga pernah bergulat dengan isu miring yang berujung pada anjloknya harga kopi.
“Dua tahun lalu, harga kopi pernah mengalami anjlok karena ada isu penggunaan bahan kimia, padahal itu gak ada,” jelasnya.
Rupanya, lanjut Mukiran, isu tak menguntungkan itu muncul sebab ketidakmampuan pembeli
kopi menampung kopi Gayo hasil panen petani Bener Meriah akibat mahalnya harga. Namun,
tingginya harga kopi tidak dari asal patok.
Hal ini terbukti dari berkali-kalinya kopi Gayo berhasil mendapatkat peringkat satu di ajang pameran maupun perlombaan. Dulu proses pengolahan buah kopi hingga menjadi biji sangat menguras tenaga juga penuh
ketidakpastian.
Namun, sejak didirikannya Koperasi Panca Gayo Coffee yang menjadi lembaga pendamping, para petani merasakan perbedaan yang signifikan.
Munawardi, pria yang telah bergelut sebagai petani kopi sejak usia 18 tahun, mengucapkan rasa bahagianya akan manfaat yang dibawa bersamaan didirikannya Koperasi Panca Gayo Coffee.
“Dengan terbentuknya Koperasi Panca Gayo, kualitas kopi Gayo menjadi mungkin lebih baik lagi di mata dunia,” ujar Munawar.
Beragam beban kekhawatiran petani terangkat. Proses produksi yang biasanya memakan banyak waktu dan usaha kini lebih mudah dengan adanya koperasi yang menaungi 125 petani kopi di Bener Meriah tersebut. Kapasitas biji kopi yang diproduksi mampu mencapai 700 Kg/Ha
tiap tahunnya.
Memamerkan Hsil Panen Petani Kopi.
Anggota DPRK Kabupaten Bener Meriah, Zulham melayangkan pujiannya atas komoditas kopi
Gayo yang dibudidayakan di Kabupaten Bener Meriah. Menurutnya, kopi ini mempunyai banyak
keunggulan yang patut dicicipi oleh penikmat kopi di seluruh penjuru Indonesia bahkan dunia.
Salah satunya, beragamnya varian rasa dari natural, wine, honey, hingga specialty dengan
kekayaan cita rasa kopi yang tajam. "Potensi yang ada di Kabupaten Bener Meriah yaitu kopi
dengan kualitas tinggi,” kata Zulham.
Agar kopi Gayo hasil budidaya petani Bener Meriah berkesempatan lebih besar untuk dinikmati oleh masyarakat luas, LPEI melalui program Desa Devisa siap memberikan pelatihan dan pendampingan kepada petani kopi di Bener Meriah.
Selain untuk meningkatkan potensi kopi
Gayo supaya berkapasitas merambah pasar baru, program Desa Devisa juga ditujukan untuk
meningkatkan taraf ekonomi dan kesejahteraan masyarakat desa.
"Terima kasih kami ucapkan kepada LPEI yang telah meresmikan Desa Devisa di Kabupaten
Bener Meriah. Harapan kami, mari dukung petani kopi Gayo di Kabupaten Bener Meriah agar
dapat menambah perekonomian masyarakat Bener Meriah yang lebih baik lagi ke depannya,”
ucap Munawardi. (aag)
Load more