Dari Pelosok Desa Siti Najaliyah Membumikan STEAM
- Ahmidal Yauzar
Di akhir pelajaran, masing-masing siswa berdiri di depan kelas mempresentasikan apa yang mereka pelajari. Presentasi mereka sederhana dan terbata-bata, namun bagi Najaliyah itu adalah langkah besar memupuk rasa percaya diri.
Bagi Najaliyah di tangan kecil anak-anak ini, roket dari karton mungkin tak akan benar-benar terbang tinggi. Namun dari kelas sederhana itu, imajinasi dan keberanian mereka mulai meluncur jauh.
“Dengan pola ini, siswa sekarang terlihat lebih aktif berinteraksi dan lebih berani menyampaikan gagasan,” kata Najaliyah.
Begitulah keseharian Najaliyah membumikan STEAM selama dua tahun terakhir di sekolahnya. Dari dedikasinya itulah STEAM hadir di SD Sukaraja dengan bentuk sederhana diawali dari botol bekas, karton, dan kreativitas Najaliyah lainnya.
Kreativitas Najaliyah menerapkan STEAM tidak terbentuk begitu saja. Ia memperoleh pengetahuan itu saat mengikuti pelatihan STEAM di National Institute of Education (NIE) Singapore pada 2023. Pelatihan ini diberikan atas penganugerahan sebagai guru berprestasi dari Tanoto Foundation.
Dari pelatihan tersebut, Najaliyah menyadari bahwa menjadi guru bukan sebatas berceramah di depan kelas. Banyak yang mesti dipelajari, mulai dari adaptasi di lingkungan sekolah, memahami karakter siswa dengan status sosial beragam, hingga menentukan strategi belajar yang tepat dan mudah dipahami.
Ia masih ingat betul, sebelum mengikuti pelatihan STEAM, ia sering kesulitan mencari cara agar siswanya benar-benar tertarik dan antusias belajar. Ia pernah merancang pola belajar hasil kreativitasnya sendiri, namun saat diterapkan siswa kehilangan fokus dan menjadi pasif.
“Pernah merancang pola belajar sendiri tapi merasa kurang efektif. Siswa tidak fokus, pasif lagi. Mungkin waktu itu juga bersamaan dengan tuntutan administrasi sekolah yang menumpuk. Saking banyaknya tuntutan, rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) saja saya copy paste,” ujar wanita yang mengawali karier sebagai guru sejak 2008 itu.
Perubahan drastis dirasakan Najaliyah setelah mengikuti pelatihan STEAM dan Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran (PINTAR) Tanoto Foundation pada 2018. Program ini menyasar penguatan dan perbaikan kualitas belajar di pendidikan dasar, dengan fokus pada literasi dan numerasi. Banyak perubahan ia rasakan, terutama dalam cara mengajar yang lebih kreatif.
Load more