“Ini bentuk kolaborasi kita. Mudah-mudahan ini bisa menjadi destinasi yang harus dikunjungi setiap kali kita ke Danau Toba,” ujarnya.
Disebutkan Sandi, diharapkan ke depan masyarakat di Desa Wisata MEAT lebih sejahtera, ekonominya meningkat, biaya hidup yang selama ini membebani karena harga-harga bahan pangan mahal, mereka bisa atasi dengan peningkatan pendapatan.
“Kalau lihat dari ulos yang dihasilkan di Desa Wisata MEAT ini, kelasnya sudah kelas yang sangat tinggi, dan value-nya juga bisa kita banggakan sebagai produk unggulan bagi Desa Wisata ini,” ujarnya.
Sementara itu VP CSR Inalum, Iqbal Sidabutar mengatakan, Inalum sudah berada di Desa Wisata MEAT sejak 2020. Mulai pendirian sanggar tari, pelatihan tari, bahkan sanggar tari sudah direplikasi sama desa tetangga.
Kemudian, juga ada program inovasi sosial. Selama ini, dikenal ada namanya red devil atau ikan merah, yang dikenal sebagai ikan predator di Danau Toba. Juga ada ikan kaca, yaitu ikan yang sering dibuang.
“Kita buat inovasi sosial. Jadi, red devil sama ikan kaca kita olah jadi produk bernilai seperti basreng (bakso goreng), kerupuk, dan sebagainya,” ungkapnya.
Pengolahan sampah juga. Olahan sampah plastik bisa jadi jam, seperti jam dinding. Kemudian juga membantu program untuk sekam padi diolah yang efeknya kepada pengurangan gas rumah kaca.
Load more