"Kami hanya bisa pasrah sambil menunggu pertolongan. Ombak sangat besar, dan perahu langsung penuh air, mesin mati. Kami tidak bisa kuasai,” ujarnya.
Suliman menjelaskan, saat diterjang ombak besar dan angin kencang, perahu mereka dipenuhi air dan mesinnya mati. Selama tiga jam, Suliman dan Muharram hanya bisa bertahan dengan berpegangan pada bambu penyeimbang kapal.
"Pegang di bambu penyeimbang itu, kita terikat minta tolong sama kapal yang lewat," jelasnya.
Load more