Sambut Ramadhan, Warga Klaten Berebut Kue Apem Berisi Uang Rp 10.000
- Tim tvOne - Indratno Eprilianto
Klaten, tvOnenews.com - Warga berebut kue apem berisi uang pecahan Rp 10.000 dalam perayaan padusan di Obyek Mata Air Cokro (OMAC), Desa Cokro, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Jumat (28/02/2025). Padusan merupakan tradisi tahunan menyambut bulan suci Ramadhan.
Pantauan tvOnenews.com, tradisi berebut kue apem disambut antusias warga. Tak hanya orang dewasa saja yang ikut, melainkan banyak juga dari kalangan anak-anak.
Mereka berebut kue apem yang disebar ke kolam pemandian. Agar tidak basah, kue apem dibungkus dengan plastik yang di dalamnya terdapat uang pecahan Rp 10.000.
Salah satu warga, Dimas Yusuf mengatakan dirinya harus berdesakan dengan pengunjung lain di dalam kolam untuk mendapatkan kue apem. Meski dengan susah payah, namun ia berhasil mendapatkan satu buah kue apem berisi uang pecahan Rp 10.000.
"Ke sini dalam rangka padusan menjelang bulan Ramadhan. Bersama teman-teman. Rebutan dapat roti apem dan uang Rp 10.000. Dapatnya susah harus berebut dengan yang lain," ujarnya.
Kepala Dinas Kebudayaan Kepemudaan Olah Raga dan Pariwisata (Disbudporapar) Klaten, Sri Nugroho mengatakan tradisi berebut kue apem berisi uang pecahan Rp 10.000 merupakan rangkaian kegiatan perayaan tradisi padusan menyambut bulan suci Ramadhan.
"Sebar apem ini kalau orang Jawa filosofinya minta ampun sebelum kita melaksanakan ibadah puasa. Sedangkan sebaran udik berupa uang ini menunjukkan bahwa orang hidup harus gemar bersedekah," jelasnya.
Sri Nugroho menjelaskan perayaan padusan tahun 2025 mengambil tema Tirta Pawitra Mahening Suci yang berarti manusia berusaha menyempurnakan diri menghilangkan sifat angkara murka dan menghindari perbuatan dosa demi mencapai ketentraman dunia akhirat.
Tradisi padusan diawali dengan kirab 21 kendi berisi air yang diambil dari sumber mata air yang ada di Kabupaten Klaten. Air dari kendi tersebut lalu dimasukkan menjadi satu ke dalam sebuah wadah berupa gentong.
Selanjutnya air dari dalam gentong itu digunakan untuk prosesi siraman sebagai tanda dimulainya tradisi padusan.
"Melalui tradisi padusan ini diharapkan mampu membantu mendongkrak perekonomian warga serta mengenalkan potensi wisata," imbuhnya. (ieo/buz)
Load more