ADVERTISEMENT
Aceh, tvOnenews.com - Empat ekor gajah milik Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh dikerahkan untuk membantu membersihkan material berat pascabanjir bandang di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh.
Gajah-gajah terlatih tersebut digunakan untuk menarik timbunan kayu dan material besar yang terseret arus banjir pada akhir November lalu.
Sebelum diterjunkan, tim BKSDA Aceh melakukan survei menyeluruh terkait kondisi lokasi, akses, keamanan area, serta kebutuhan operasional.
Hasil survei menjadi dasar penentuan rute kerja, titik pembersihan, area istirahat, dan durasi aktivitas yang disesuaikan dengan kondisi serta kemampuan satwa.
Tim juga memastikan ketersediaan pakan, suplemen, serta pemantauan kesehatan gajah dilakukan secara berkala.
BKSDA menjelaskan bahwa penggunaan gajah terlatih untuk penanganan bencana bukan hal baru. Metode ini pernah diterapkan di sejumlah negara Asia, termasuk saat tsunami Aceh tahun 2004, sebagai bentuk pemanfaatan satwa secara lestari dengan prinsip kehati-hatian.
Gajah dinilai memiliki kemampuan khusus yang membuatnya efektif dalam kondisi lapangan tertentu, selama pengoperasian dilakukan aman dan mengutamakan kesejahteraan satwa.
Namun, langkah ini mendapat kritik dari aktivis dan pemerhati satwa. Influencer Indira Diandra Laurence menilai penggunaan gajah sebagai pengganti alat berat merupakan bentuk eksploitasi.
Menurutnya, gajah adalah satwa yang justru paling terdampak oleh kerusakan habitat, sehingga tidak selayaknya dibebani pekerjaan berat.
Ia juga menulis surat terbuka kepada BKSDA Aceh, meminta agar lembaga tersebut mencari alternatif lain dalam penanganan pascabencana.