ADVERTISEMENT
Jakarta, tvOnenews.com - Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Margaret Aliyatul Maimunah menegaskan pentingnya pendampingan psikologis bagi para korban insiden ledakan di Masjid SMAN 72 Jakarta, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Meski kondisi fisik sejumlah korban berangsur pulih, aspek mental disebut sebagai pekerjaan jangka panjang.
Pendampingan psikologis juga diberikan kepada keluarga serta guru. KPAI bersama pemerintah provinsi, Kementerian Pendidikan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, serta psikolog Polri telah membagi tugas penanganan.
Siswa yang dirawat akan mendapat pendampingan di rumah sakit, sementara siswa yang sudah pulang serta saksi kejadian didampingi oleh unit PPA dan Himpunan Psikologi Indonesia (HIMSI).
Terkait proses pembelajaran, kegiatan sementara dilakukan secara daring selama tiga hari, sambil menyesuaikan pemulihan kondisi siswa.
Margaret juga menyoroti peningkatan kasus perundungan di lingkungan sekolah. Ia menyebut kondisi saat ini dapat dikategorikan sebagai darurat bullying.
Menurutnya, banyak korban tidak berani melapor karena adanya tekanan dan ancaman dari pelaku.
Margaret menilai paparan konten media sosial juga berperan dalam mempengaruhi tindakan siswa, termasuk dalam kasus ledakan di SMAN 72.
Ia menyebut adanya beberapa referensi yang ditemukan, seperti nama pelaku penembakan di Selandia Baru dan Kanada serta narasi supremasi kulit putih.
Sementara itu, pemerhati media sosial Enda Nasution menilai teknologi digital dapat berperan ganda, baik memperkuat praktik perundungan maupun menjadi sarana pelaporan.
Menurutnya, pembatasan akses media sosial dan pengawasan orang tua perlu diperkuat.
Margaret menambahkan bahwa kebijakan pembatasan akses konten berisiko tinggi bagi anak harus diperkuat. Ia menilai implementasi pengawasan orang tua masih belum efektif di lapangan.