ADVERTISEMENT
Jakarta, tvOnenews.com - Presiden Prancis Emmanuel Macron secara resmi menyatakan bahwa negaranya akan mengakui negara Palestina dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada September 2025.
Hal ini diumumkan Macron lewat pernyataan di media sosial pada Kamis (24/7/2025) waktu setempat, yang segera menarik perhatian dunia.
Macron menekankan bahwa prioritas utama saat ini adalah menghentikan perang di Gaza dan menyelamatkan warga sipil yang menjadi korban konflik.
Namun, ia menegaskan pentingnya langkah lanjutan berupa pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berkelanjutan, sebagai bagian dari solusi jangka panjang.
Sementara itu, Kepala Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi Palestina, Philippe Lazzarini, mengingatkan tentang memburuknya situasi kemanusiaan di Jalur Gaza seraya menyerukan langkah-langkah mendesak untuk mencegah kematian lebih lanjut akibat kelaparan.
Dalam sebuah unggahan di platform media sosial X, Lazzarini, Jumat (25/72025), menyatakan keprihatinannya terhadap mekanisme distribusi bantuan yang dipimpin oleh Gaza Humanitarian Foundation, sebuah organisasi swasta yang didukung oleh Amerika Serikat dan Israel.
"Sistem distribusi yang cacat ini tidak dirancang untuk menangani krisis kemanusiaan. Sistem ini melayani tujuan militer dan politik. Ini kejam karena lebih banyak mengambil nyawa daripada menyelamatkannya," katanya.
Sebelumnya pada hari yang sama, militer Israel menyatakan pihaknya telah menyetujui negara-negara untuk mulai menjatuhkan bantuan dari udara ke Gaza.
Namun, Lazzarini menggambarkan pengiriman bantuan lewat udara sebagai "cara paling mahal dan tidak efisien" untuk menyampaikan bantuan kemanusiaan.
Menurut pejabat PBB tersebut, sekitar 6.000 truk yang memuat makanan dan pasokan medis masih tertahan di Mesir dan Yordania.
"Kelaparan yang terus berkembang ini hanya bisa diatasi dengan kemauan politik," tegasnya.
Lazzarini juga memperingatkan bahwa kegagalan untuk bertindak secara efektif di Gaza dapat menjadi preseden berbahaya bagi respons kemanusiaan di masa depan.
"Jika kita gagal membantu rakyat Palestina di Gaza, kemungkinan besar kita juga akan mengecewakan yang lain di masa depan," ujarnya.
Otoritas kesehatan Gaza pada Jumat melaporkan sembilan kematian tambahan akibat kelaparan dan malanutrisi dalam 24 jam terakhir, sehingga total kematian terkait kelaparan sejak dimulainya konflik pada Oktober 2023 itu menjadi 122.