Gagal di SEA Games 2025, Keputusan PSSI Lepas Shin Tae-yong Kian Menuai Kritik: Balik ke Setelan Pabrik!
- Kitagaruda.id
Jakarta, tvOnenews.com - Keputusan PSSI mengakhiri kerja sama dengan Shin Tae-yong kembali menjadi bahan perdebatan publik. Langkah tersebut dinilai kontroversial karena diambil saat Timnas Indonesia tengah berada dalam fase penting pembangunan.
Seiring berjalannya waktu, hasil Timnas Indonesia di berbagai kelompok usia justru memunculkan tanda tanya besar. Performa yang ditampilkan dinilai belum menunjukkan kesinambungan dengan capaian positif pada periode sebelumnya.
Situasi ini semakin kontras mengingat peluang lolos ke Piala Dunia 2026 masih terbuka lebar. Alih-alih memperkuat optimisme, keputusan tersebut justru memicu kekhawatiran terhadap arah masa depan sepak bola nasional.
- Instagram @shintaeyong7777
Pemecatan Shin Tae-yong terjadi ketika proyek jangka panjang Timnas Indonesia mulai menampakkan hasil konkret. Fondasi yang dibangun secara bertahap mulai terlihat dalam pola permainan dan mental bertanding para pemain.
Di bawah kepemimpinannya, peringkat FIFA Indonesia mengalami peningkatan signifikan. Tak hanya itu, regenerasi pemain berjalan seiring dengan terbentuknya identitas permainan yang lebih modern.
Namun, selepas kepergian pelatih asal Korea Selatan tersebut, Timnas Indonesia kembali dilanda inkonsistensi. Hal itu terlihat baik di level tim senior maupun kelompok usia.
Hasil terbaru datang dari Timnas Indonesia U-22 yang gagal melaju dari fase grup SEA Games 2025. Capaian tersebut menambah daftar kekecewaan publik terhadap performa Garuda Muda.
Kekalahan dari Filipina serta kemenangan atas Myanmar ternyata belum cukup mengantarkan Indonesia melangkah lebih jauh. Hasil tersebut membuat langkah Timnas U-22 harus terhenti lebih cepat dari harapan.
Rentetan hasil itu memperkuat anggapan bahwa arah pembinaan Timnas pasca-STY belum sepenuhnya jelas. Publik pun mulai mempertanyakan kesinambungan program yang telah dibangun selama hampir lima tahun.
Selama menukangi Timnas Indonesia, Shin Tae-yong dikenal membangun fondasi secara sistematis. Ia menerapkan disiplin tinggi, intensitas pressing, serta keberanian memainkan pemain muda dan diaspora.
- Kolase Tim tvOnenews
Di level senior, hasil nyata berhasil diraih dengan lolos ke Piala Asia 2023 hingga menembus fase gugur. Prestasi tersebut menjadi pencapaian yang jarang dirasakan Timnas Indonesia dalam beberapa dekade terakhir.
Sementara di level U-23, Garuda Muda sukses melaju hingga semifinal Piala Asia U-23 2024. Capaian itu menjadi bukti bahwa proyek jangka panjang mulai menghasilkan prestasi nyata.
Momentum tersebut sempat memunculkan optimisme tinggi di kalangan publik jelang Piala Dunia 2026. Banyak pihak menilai Indonesia berada di jalur yang tepat untuk mencetak sejarah.
Namun, pemecatan STY justru terjadi saat fase krusial dimulai. Proyek yang belum sepenuhnya rampung seolah dihentikan sebelum mencapai titik puncaknya.
Pasca kepergian STY, PSSI menunjuk Patrick Kluivert sebagai pelatih Timnas senior. Nama besar Kluivert memang menghadirkan ekspektasi tinggi dari sisi reputasi internasional.
- Kitagaruda.id
Meski demikian, transisi yang terjadi dinilai belum menghadirkan kesinambungan filosofi permainan. Ciri agresif dan pressing ketat yang melekat pada era STY perlahan menghilang.
Timnas Indonesia kini terlihat bermain lebih reaktif dan minim keberanian dalam duel intens. Pola tersebut memunculkan kesan kemunduran dibandingkan pendekatan sebelumnya.
Sorotan juga mengarah kepada Indra Sjafri yang menangani kelompok usia. Meski sarat pengalaman, pendekatan yang diterapkan dinilai belum sepenuhnya menjawab tuntutan sepak bola modern.
Kegagalan di SEA Games 2025 pun dijadikan cermin bahwa proses regenerasi belum berjalan optimal. Hal ini memperkuat keresahan publik terhadap masa depan Timnas Indonesia.
Gelombang kekecewaan pun membanjiri media sosial X. Banyak warganet secara terbuka menyesalkan keputusan PSSI memecat Shin Tae-yong saat Timnas sedang berada di jalur positif.
“Baru kelihatan jalannya, Shin Tae-yong malah dipecat. Sekarang Timnas Indonesia kembali ke setelan pabrik,” tulis seorang warganet.
Sebagian lainnya menilai kemunduran prestasi sebagai sinyal kembalinya sepak bola Indonesia ke masa lalu. Kekhawatiran tersebut muncul karena pola permainan dinilai kehilangan arah.
“Dulu kalah tapi jelas progresnya. Sekarang kalah, mainnya juga tidak jelas. Ini Timnas Indonesia kembali ke zaman kegelapan,” tulis warganet lainnya.
Momentum menuju Piala Dunia 2026 juga menjadi sorotan tajam. Publik menilai keputusan tersebut berpotensi menghambat mimpi besar yang sudah berada di depan mata.
“Piala Dunia 2026 sudah di depan mata, tapi proyeknya dihentikan sendiri. Kalau begini, jangan salahkan siapa-siapa kalau kita mundur lagi,” tulis komentar lain.
Ragam kritik tersebut mencerminkan keresahan mendalam para suporter. Bagi publik, persoalan ini bukan semata soal sosok pelatih.
Timnas Indonesia dinilai kembali ke pola lama, sering berganti pelatih tanpa kesinambungan sistem permainan. Jika situasi ini terus berlanjut, peluang mencetak sejarah di Piala Dunia edisi berikutnya dikhawatirkan semakin menjauh.
Kini, publik menunggu langkah konkret PSSI untuk membuktikan bahwa pemecatan Shin Tae-yong bukan awal dari kemunduran. Melainkan benar-benar bagian dari rencana besar yang terukur dan berkelanjutan.
Terdekat, Timnas Indonesia memiliki agenda tampil pada FIFA Matchday Maret 2026. Publik pun berharap sosok pelatih baru yang tengah dicari PSSI mampu menjawab ekspektasi dan keluar dari bayang-bayang STY.
(igp/sub)
Load more