Gara-gara Sanksi FIFA, Peringkat Timnas Malaysia Terjun Bebas di Ranking Dunia
- FA Malaysia
Jakarta, tvOnenews.com - Pengajuan banding yang dilakukan Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) tidak serta-merta menangguhkan sanksi yang dijatuhkan FIFA.
Hal inilah yang menjelaskan mengapa FIFA tetap memberikan hukuman berupa tiga kekalahan walk over (WO) kepada tim nasional Malaysia, yang berdampak langsung pada anjloknya posisi Harimau Malaya di peringkat dunia.
Dalam keputusan terbaru FIFA, tiga laga uji coba internasional Malaysia resmi dibatalkan.
Pertandingan melawan Tanjung Verde yang sebelumnya berakhir imbang 1-1, kemenangan 2-1 atas Singapura, serta kemenangan 1-0 kontra Palestina, seluruhnya dianulir dan diubah menjadi kekalahan 0-3.
Konsekuensi dari keputusan tersebut cukup signifikan. Tim nasional Malaysia harus menerima penurunan tajam di peringkat FIFA, dari posisi 116 dunia merosot ke peringkat 121.
Permasalahan ini bermula dari temuan FIFA yang menyatakan bahwa FAM melanggar regulasi disiplin dengan mengonfirmasi kelayakan tujuh pemain naturalisasi yang dinilai tidak sah.
FIFA menilai proses naturalisasi tersebut melanggar ketentuan kelayakan pemain internasional, sehingga menjatuhkan sanksi berupa denda, skorsing, serta pembatalan hasil pertandingan terkait.
Meski FAM telah membawa kasus ini ke CAS, sejumlah pakar hukum olahraga menegaskan bahwa sanksi FIFA tetap berlaku selama tidak ada keputusan penangguhan pelaksanaan.
Pengacara olahraga Hairul Vaiyron Othman menegaskan bahwa pengajuan banding saja tidak cukup untuk menghentikan hukuman.
“Pengajuan banding tidak secara otomatis menangguhkan hukuman. Jika tidak ada permohonan penangguhan pelaksanaan yang dikabulkan, FIFA berhak melanjutkan keputusan tersebut,” ujar Hairul dilansir dari thethao, Jumat (26/12/2025).
Ia menambahkan, seluruh keputusan disiplin FIFA tetap efektif hingga CAS memutuskan untuk membatalkan atau mengubahnya.
Bahkan, proses banding di CAS juga mengandung risiko, karena putusan bisa saja menguatkan, meringankan, atau justru memperberat hukuman, tergantung pada tingkat pelanggaran dan bukti yang diajukan.
Hairul juga menekankan perbedaan mendasar antara status kewarganegaraan dan kelayakan membela tim nasional berdasarkan regulasi FIFA.
Menurutnya, seorang pemain yang telah memperoleh kewarganegaraan belum tentu otomatis berhak membela tim nasional, apabila tidak memenuhi syarat asal-usul dan masa tinggal yang diatur dalam Statuta FIFA.
Kasus ini pertama kali mencuat pada September lalu, ketika Komite Disiplin FIFA menuduh FAM terlibat dalam pemalsuan atau pengubahan dokumen, termasuk akta kelahiran, guna melegitimasi asal-usul pemain. Tindakan tersebut dinilai melanggar Pasal 22 Kode Disiplin FIFA.
Pada November, Komite Banding FIFA memperkuat sanksi tersebut, sehingga memaksa FAM membawa perkara ini ke CAS sebagai jalur hukum terakhir.
Dalam perkembangan terbaru, FAM juga telah melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian serta mengonfirmasi adanya investigasi internal untuk mengungkap pihak-pihak yang bertanggung jawab.
Namun, hingga CAS mengeluarkan putusan resmi, seluruh sanksi FIFA tetap berlaku. Kondisi ini menimbulkan kerugian besar bagi sepak bola Malaysia, baik dari sisi performa tim nasional, kerugian finansial, maupun menurunnya prestise di kancah internasional.
Load more