Lalu bagaimana LaNyalla? Dia punya prestasi di sepakbola nasional. Saat jadi Kabid Timnas, LaNyalla mempersembahkan medali perak SEA Games ke-27, Myanmar 2013. Kemudian ia membawa Timnas U-19 era Evan Dimas meraih Piala AFF. LaNyalla juga sukses mengangkat sepakbola Indonesia di ranking FIFA ke posisi ke-156 dari sebelumnya 172.
Sebagai pemimpin LaNyalla punya kharisma, berani mengambil kebijakan, seorang petarung tulen. Itu ditunjukkannya saat jadi Ketum PSSI sekitar 20 bulan, April 2015 hingga November 2016. Sekali pun kepengurusannya dibekukan oleh Menpora Imam Nahrawi, tapi kinerja PSSI tetap berjalan.
Ketika itu roda organisasi PSSI pusat dan daerah tetap berfungsi. Semua program mulai pembinaan usia dini, penataran pelatih, wasit dan perangkat pertandingan berjalan. Begitu juga kompetisi liga, sekali pun terkadang sulit mendapat izin pertandingan.
Pembinaan timnas junior hingga senior juga berlangsung. Hanya tak ada pertandingan akibat sanksi FIFA, karena pemerintah c.q. Menpora ikut campur mengurus dapur PSSI. Di masa itu, terlihat bagaimana militannya LaNyalla membangun sepakbola nasional. Dia juga royal mengucurkan uang pribadinya.
Boleh dibilang kepengurusan PSSI paling kompak di era LaNyalla. Para Exco hampir setiap pekan bertemu, untuk mengambil keputusan strategis. "Saya masih berutang dengan sepakbola nasional, karena itulah saya ingin memimpin PSSI lagi," kata La Nyalla, yang posisinya sebagai Ketum PSSI didongkel di tengah jalan.
Kelebihan LaNyalla dari Erick Thohir berebut predikat orang nomor satu di pentas sepakbola nasional adalah penguasaan lapangan. LaNyalla punya kantong pendukung, dan orang lapangan yang jago bergerilya menggalang dan 'merayu' pemilik suara.
Bayangkan saat terpilih jadi Ketum PSSI di KLB 18 April 2015, LaNyalla merebut 97 dari 107 suara voter. Itu pasti didukung strategi penggalangan yang jitu dan cerdas. Nah... di KLB PSSI, yang digelar 16 Februari mendatang, para voter tidak banyak berubah, hampir sama dengan di KLB 2015. Artinya, para voter itu sudah bersahabat dengan LaNyalla.
Load more