Normalisasi dengan Zionis adalah Pengkhianatan, Armada Global Sumud Flotilla Jawab dengan Solidaritas Lautan
- Istimewa
Armada Global Sumud Respons Moral dan Praktis
Armada ini, terdiri ratusan relawan, puluhan kapal dari berbagai negara, setidaknya mewakili 44 negara, salah satunya Indonesia, adalah manifestasi bahwa bagian signifikan masyarakat global ingin menegakkan hak asasi yang praktis: makanan, obat, dan koridor aman.
Selain fungsi logistik, keberadaan flotilla juga memiliki fungsi simbolik: membentuk tekanan opini internasional, merekam kejadian di laut oleh tim legal independen, dan menegaskan klaim bahwa tindakan yang menghalangi bantuan dapat dipantau dan didokumentasikan.
Di antara unit yang ikut mendampingi adalah tim hukum independen (ILSB) yang secara terbuka menyatakan tugasnya: memantau, mengkronikkan posisi hukum internasional yang relevan, dan mengamankan bukti bila terjadi pelanggaran.
Keberadaan observatorium semacam ini mempertegas tujuan misi tidak sekadar provokatif, tetapi juga berbasis aturan hukum internasional.
Pilihan moral di Hadapan Sejarah
Pernyataan Mohamed Abdulla: “We will not be spectators (Kami tidak akan menjadi bagian dari para pengkhianat)”, adalah panggilan kepada warga dan pemerintah: pilih berada di sisi kemanusiaan atau menanggung beban sejarah yang menganggap normalisasi sebagai pengkhianatan.
Bagi banyak aktivis, aksi di laut adalah upaya untuk menyeimbangkan neraca moral, ketika negara-negara menandatangani perjanjian yang memberi ruang politik bagi tindakan represif, gerakan rakyat menjawab dengan solidaritas langsung.
Tantangan nyata tetap ada: eskalasi militer regional, ancaman terhadap kapal, kebutuhan logistik besar, hingga risiko politisasi bantuan.
Namun bila dunia menuntut legitimasi dan supremasi hukum, maka menutup mata terhadap kelaparan yang terkukuh oleh blokade bukanlah pilihan yang dapat dipertahankan.
Armada Global Sumud berlayar bukan untuk meredakan politik, melainkan untuk menegakkan kemanusiaan.
Ketika pemerintah memilih meja perundingan yang dinilai banyak pihak mengorbankan martabat dan keselamatan rakyat Palestina, suara rakyat dari dek kapal-kapal kecil di Laut Mediterania memilih tindakan nyata,yakni mengirim bantuan, merekam pelanggaran, dan menuntut akuntabilitas.
Jika normalisasi adalah perjanjian antar-elit, dengan manfaat ekonomis yang nyata, maka flotilla ini menegaskan sisi lain: hak hidup, martabat, dan akses bantuan harus ditempatkan di atas keuntungan diplomatik.
Load more