Zoya pun menjawab dengan tenang. Bahwa orang awam lupa, kalau pelecehan seksual bisa terjadi oleh siapa saja, termasuk orang dengan privilege dan kebanyakan menormalisasi hal itu.
“Orang tuh lupa, yang namanya pelecehan seksual, bisa terjadi pada siapa saja dan pelakunya kepada siapa saja? Seperti, wah ga masuk akal nih, orang berani pada senior, mengerikan!” ungkapnya.
“Kalau orang normal, kita mungkin tidak dapat melakukan hal itu. Tapi sebagai terduga, kalau kita menormalisasikan, apapun itu sangat bahaya,” tambahnya.
Zoya menimpalkan, bahwa di dalam psikologi terdapat teori yaitu Psychology of Rape yang menjelaskan ada tiga tipe pemerkosa, yaitu: Korektif, pemerkosa ini harus mengoreksi individu secara seksual.
Pelaku biasanya menyakiti sampai mempermalukan korban. Power rape. Ini adalah kompensasi dari rasa tidak mampu. Pelaku yang memerkosa perempuan dengan hirarki yang lebih tinggi, maka dia merasa kebanggaan. Sadistic rape. Pelaku ada kebutuhan secara psikologis dengan kekerasan.
Pelaku merasa bangga bila melakukannya dengan kekerasan. Untuk jenis perkosaan kategori dua, Power Rape, Zoya menyebut kasusnya seperti yang menimpa penyanyi dunia Lady Gaga, yang pernah menerima kekerasan seksual. Pemerkosanya merasa bangga karena pernah melakukan hal tersebut kepada orang yang memiliki hirarki lebih tinggi.
“Power Rape adalah ini kompensasi. Orang-orang yang melakukan ini adalah kompensasi dari rasa tidak mampu. Kalau gue memperkosa yang statusnya lebih tinggi, gue harus menjadi orang yang lebih berkuasa,” kutip wanita bernama lengkap Zoya Dianaesthika Amirin ini.
Load more