Densus 88 Tangkap 7 Teroris Terafiliasi NII dan Anshor Daulah Selama Nataru
- ANTARA/Nadia Putri Rahmani.
Jakarta, tvOnenews.com – Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri mencatatkan keberhasilan menjaga Indonesia tetap aman dari serangan terorisme sepanjang 2025.
Sepanjang tahun ini, aparat menangkap 51 tersangka teroris, termasuk tujuh orang yang diamankan selama pengamanan Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri, Ajun Komisaris Besar Polisi Mayndra Eka Wardhana, menjelaskan penangkapan saat Nataru merupakan bagian dari langkah mitigasi untuk memastikan tidak terjadi serangan teror di akhir tahun.
“Dua tersangka, dilakukan penegakkan hukum terkait perannya dalam struktur organisasi NII. Keduanya diamankan di Sumatera Utara,” kata Mayndra dikutio Rabu, 31 Desember 2025.
Selain itu, lima tersangka lainnya diketahui merupakan bagian dari kelompok Anshor Daulah (AD) yang terafiliasi dengan pendukung Daulah ISIS.
“Aktif menyerukan propaganda dan seruan untuk melakukan aksi teror. Kelima tersangka diamankan di beberapa tempat terpisah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Papua,” kata dia.
Tujuh tersangka yang ditangkap saat Nataru tersebut merupakan bagian dari total 51 teroris yang diamankan sepanjang 2025. Penindakan ini turut berkontribusi dalam mempertahankan capaian Zero Terrorism Attack di Indonesia.
“Berkomitmen menjaga Indonesia bebas serangan teror. Mempertahankan status Zero Terrorism Attack sepanjang 2023-2025,” ujar Kepala Badan Reserse Kriminal Polri, Komisaris Jenderal Polisi Syahardiantono saat rilis akhir tahun, Selasa, 30 Desember 2025.
Syahardiantono mengungkapkan, jumlah penangkapan tersangka terorisme pada 2025 mengalami penurunan dibandingkan dua tahun sebelumnya. Pada 2023, aparat menangkap 147 tersangka, sedangkan pada 2024 sebanyak 55 orang.
"Jumlah penangkapan pada tahun 2025, sebanyak 51," kata Syahar.
Selain penegakan hukum, Densus 88 juga mengedepankan strategi soft approach dan hard approach untuk mendeteksi dini serta mencegah penyebaran paham radikalisme, khususnya pada anak-anak.
Sejumlah kasus menonjol sepanjang 2025 antara lain radikalisme anak di bawah umur melalui rekrutmen online yang melibatkan 110 anak di 23 provinsi, penggagalan rencana aksi kelompok Anshor Daulah, serta penangkapan tujuh tersangka teroris saat pengamanan Nataru.
Tak hanya itu, aparat juga menemukan 68 anak di 18 provinsi terpapar ideologi ekstrem seperti DCC, Neonazi, dan White Supremacy, termasuk kepemilikan senjata berbahaya.
Foe Peace Simbolon/VIVA
Load more