Kisah Asnat Nenabu, Guru PAUD di NTT yang Akhirnya Jadi PPPK Setelah 36 Tahun Mengabdi: Biar Tidak Diangkat Pun, Saya Tetap Mengajar
- Dokumentasi Humas Kepresidenan
Jakarta, tvOnenews.com – Setelah puluhan tahun mengajar tanpa kepastian status dan hanya menerima upah Rp200 ribu per bulan, Asnat Nenabu (56), guru PAUD Sobana Fatilo di Amanatun Utara, Timor Tengah Selatan, NTT, akhirnya resmi diangkat sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) paruh waktu.
Kepastian itu mengakhiri penantian 36 tahun pengabdiannya sebagai tenaga honorer. Kabar pengangkatan Asnat menjadi PPPK langsung ia sambut dengan ucapan terima kasih kepada Presiden Prabowo Subianto, yang sebelumnya menanggapi video permohonannya yang viral di media sosial.
“Saya minta terima kasih kepada Bapak Presiden, Bapak Prabowo Subianto yang dengan adanya video saya, Bapak tanggapi. Dan sampaikan salam saya, dari Mama Asnat kepada Bapak Presiden, Bapak Prabowo Subianto,” ujar Asnat, dalam keterangan resmi, Sabtu (29/11).
Asnat memulai karier mengajarnya sejak lulus SMA dan mengajar pertama kali di SMP Kristen Puli sebelum pindah ke SD Inpres Fotilo.
Ketika aturan sekolah mengharuskannya bergelar sarjana sementara ia tidak memiliki biaya untuk kuliah, Asnat memilih melanjutkan pengabdiannya di PAUD. Selama 12 tahun terakhir, ia bertahan dengan upah Rp200 ribu per bulan dari dana BOS.
Namanya kemudian menjadi sorotan nasional setelah videonya memohon perhatian pemerintah beredar luas. Dalam video itu, ia berharap bisa merasakan satu hari saja menerima gaji dari pemerintah sebelum pensiun di usia 60 tahun.
Meski telah menerima status baru, Asnat menegaskan bahwa mengajar bukan semata profesi, melainkan panggilan hidup. Ia bahkan mengatakan bahwa ia akan terus mengajar meski pemerintah tidak mengangkatnya menjadi PPPK.
“Saya bilang begini, biar tidak diangkat pun saya akan tetap mengajar, sampai saya tidak bisa berjalan, baru saya berhenti. Artinya walaupun tidak diperhatikan pemerintah, saya tetap mengajar. Biar saya berbakti kepada manusia dan bangsa, buat anak-anak saya,” tuturnya.
Ia kemudian menegaskan kembali komitmennya itu dengan kalimat yang mengguncang siapa pun yang mendengarnya.
“Biar sampai mata saya buta, sampai saya tidak bisa berjalan, baru saya berhenti. Karena saya cinta anak-anak. Saya cinta kampung saya,” ujarnya.
Load more