Jelang Muktamar ke-35 NU dan Harapan Baru Para Nahdliyin
- ANTARA
Politis vs Kultural
Jika kepemimpinan politis menjadi pertimbangan utama, maka Gus Nusron Wahid tampil sebagai kandidat paling menonjol. Berbeda dari Nasaruddin yang berbasis pada jejaring struktural pemerintahan, Nusron memiliki basis kultural yang mengakar kuat di kalangan GP Ansor dan jaringan NU di berbagai wilayah.
Pengalamannya mengelola GP Ansor menjadi bukti kemampuannya menata organisasi sekaligus mengonsolidasikan kader muda dalam jumlah besar.
Ia juga menonjol dalam arena politik nasional sebagai salah satu kader Golkar yang cukup diperhitungkan, sehingga memiliki pengalaman panjang dalam negosiasi politik.
Dalam sejarah NU, kemampuan melakukan konsolidasi kultural jelang Muktamar adalah salah satu faktor penentu. Kekuatan Nusron dalam menggerakkan dinamika semacam itu telah berulang kali dibuktikan.
Menariknya, sama seperti Nasaruddin, Nusron juga memiliki akses struktural, terutama melalui jejaring Kanwil BPN yang kini mulai terlihat aktif dalam berbagai kegiatan PWNU dan PCNU. Ini memperkuat kesan bahwa Nusron menggabungkan kekuatan politik, jejaring kultural, dan sebagian jejaring struktural sekaligus.
Sebagian kalangan memaknai ini sebagai perpaduan modern antara aktivisme NU tradisional dengan kemampuan navigasi politik tingkat tinggi.
Namun pertanyaannya, apakah perpaduan tersebut cukup untuk membawa NU memasuki fase baru, atau justru akan menimbulkan tarik menarik yang lebih besar antara wilayah politik dan kultural yang selama ini dijaga agar tetap proporsional?
Di sisi lain, ada suara yang menghendaki NU kembali dipimpin oleh figur yang sepenuhnya kultural dan lebih kuat dalam penguasaan nilai-nilai tradisi keilmuan Islam.
Dalam konteks ini, Kiai Zulfa Mustofa menjadi nama yang menonjol. Secara intelektual, ia setara dengan Nasaruddin Umar, tapi memiliki spesialisasi mendalam dalam khazanah turots.
Di tengah arus globalisasi, kapitalisasi identitas, serta fenomena konservatisme baru yang melanda dunia Islam, sosok yang mampu menjaga kesinambungan tradisi menjadi sangat penting. Kekuatan ini tidak dimiliki kandidat lain.
Sebagian ulama turots memandang Zulfa sebagai figur paling ideal untuk memastikan NU tetap berada pada jalur ahlussunnah wal jamaah yang moderat, welas asih, dan berpengetahuan mendalam.
Load more