KPAI Minta APSIFOR Dalami Soal Alasan Terduga Pelaku Nekat Lakukan Aksi Pengeboman di SMAN 72 Jakarta
- Aldi Herlanda/tvOnenews.com
Jakarta, tvOnenews.com – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (APSIFOR) untuk menelusuri motif terduga pelaku melakukan aksi pengeboman di SMAN 72 Jakarta, Jumat lalu.
Diketahui, banyak isi yang beredar bahwa terduga pelaku nekat melakukan aksinya karena diduga menjadi korban perundungan atau bullying.
Namun pihak kepolisian belum dapat memastikan hal tersebut, lantaran penyelidikan atas kasus ini masih terus dilakukan.
“Yang jelas memang semuanya, anak ini (terduga pelaku) kami minta untuk didampingi APSIFOR, Asosiasi Psikolog Forensik, agar mengetahui sampai ke detailnya kenapa motif anak ini melakukan demikian,” ucap Komisioner KPAI, Diyah Puspitarini, di SMAN 72 Jakarta, Minggu (9/11).
Diyah menuturkan, pihaknya juga meminta Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) untuk menemui orang tua terduga pelaku guna mendalami apa yang terjadi di lingkungannya.
“Jelas, ini kami meminta dari KPPA juga untuk mendampingi. Tim psikolog dari KPPA, dan juga Peksos, untuk mengetahui apa yang terjadi di lingkungan anak,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, ledakan dahsyat yang mengguncang Masjid SMAN 72 Jakarta Utara pada Jumat (7/11/2025) siang menyisakan duka mendalam sekaligus pertanyaan besar.
Di balik peristiwa mencekam itu, muncul dugaan bahwa pelaku pemasangan bahan peledak merupakan korban bullying yang sudah lama menanggung tekanan berat dari teman-temannya.
Menurut kesaksian eksklusif yang diterima tvOnenews dari salah satu keluarga korban yang merupakan siswa SMAN 72, pelaku disebut sebagai siswa yang dikenal pendiam dan kerap menjadi sasaran ejekan di sekolah.
“Keterangan dari teman-teman adikku di sekolah, anak ini pendiam dan sering dibully. Dia mau balas dendam ke teman-teman kelas 12, tapi korbannya justru banyak dari kelas 10 dan 11, termasuk satu orang di kantin,” ujar sumber keluarga korban, Sabtu (8/11/2025).
Keterangan itu memperkuat dugaan bahwa motif di balik ledakan tersebut adalah dendam akibat perlakuan tidak menyenangkan dari lingkungan sekolah. Pelaku disebut memasang bahan peledak di tiga titik: masjid, kantin, dan area tempat para pembully sering berkumpul. (aha/nsp)
Load more