Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto Masih Diproses, Akademisi Nilai Bisa Jadi Simbol Rekonsiliasi Bangsa
- Dok. Dutch National Archives via commons.wikimedia.com/Evers, Joost/Anefo
Ia menambahkan, keputusan menerima atau menolak sosok Soeharto semestinya didasari penilaian objektif, bukan emosional.
“Soeharto adalah bagian penting dari perjalanan sejarah Indonesia. Ada catatan kelam, iya, tapi juga ada jasa besar dalam membangun fondasi ekonomi, pangan, dan stabilitas nasional,” tegasnya.
Dr. Sahmin menilai, pendekatan dendam sejarah hanya akan memperpanjang polarisasi. “Gus Dur pernah memulihkan kehormatan para tokoh yang dulu dianggap lawan. Taufiq Kiemas memperjuangkan konsep Bhinneka Tunggal Ika. Dan kini, Presiden Prabowo menunjukkan kebesaran hati dengan merangkul semua pihak,” katanya.
Ia menutup pernyataannya dengan ajakan untuk menatap masa depan dengan semangat rekonsiliasi.
“Rekonsiliasi bukan berarti melupakan masa lalu, tapi menatap ke depan dengan kesadaran bahwa setiap pemimpin, termasuk Soeharto, punya kontribusi yang tak bisa dihapus begitu saja. Kalau Gus Dur bisa memaafkan, kalau Prabowo bisa merangkul semua, kenapa kita tidak bisa berdamai dengan sejarah kita sendiri?” pungkasnya. (nsp)
Load more