Ditanya soal Tewasnya Timothy, Sang Ayah Curahkan Isi Hatinya Hingga Singgung Kenangan Terindah
- YouTube tvOneNews
Jakarta, tvOnenews.com - Timothy Anugerah Saputra, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Udayana (Unud), yang diduga bunuh diri karena menjadi korban perundungan atau bullying, Rabu (15/10/2025). Kini menyisahkan luka mandalam bagi keluarga dan rekan terdekat.
Bahkan, publik juga terharu saat mendengar dan melihat kisah tewasnya Timothy yang viral di media sosial. Selain itu, sebagian publik mengutuk keras perbuatan orang yang merundung Timothy.
Namun, di tengah luka mendalam karena kepergian Timothy untuk selamanya. Sang ayah Timothy, Lukas Triana Putra, mencurahkan isi hatinya hingga mengenang kenangan terindah bersama Timothy.
Hal itu ia lontarkan ketika awak media mempertanyakan tanggapannya terkait meninggal dunianya Timothy.
Dalam wawancara itu, sang ayah Timothy menunjukkan ketulusan luar biasa. Bahkan, ayah Timothy, Lukas menyampaikan tanggapan yang menyejukkan hati meski diliputi duka mendalam.
“Saya sakit hati sekali, tapi saya punya Tuhan yang mengajarkan saya memaafkan orang yang salah. Biarkanlah pihak kampus yang melakukan tindakan, dari pihak media sosial juga sudah memberikan mereka sanksi,” ujar Lukas dalam video yang beredar di Instagram.
Sontak, pernyataan itu menyentuh hati warganet. Banyak yang menilai sikap sang ayah menunjukkan kebesaran jiwa di tengah tragedi yang memilukan.
“Ternyata hati malaikat yang ada dalam diri dek Timothy itu berasal dari ayahnya,” tulis seorang pengguna Instagram.
Bahkan komentar lain berbunyi, “Sudah bisa kebayang sebaik apa hati anaknya, cerminan dari kebaikan hati kedua orang tuanya.”
Dukungan Publik untuk Timothy
Unggahan duka cita dari akun resmi Universitas Udayana untuk almarhum Timothy telah menuai ribuan komentar dari warganet.
Kolom komentar dibanjiri desakan agar pihak kampus bertindak tegas terhadap para mahasiswa yang diduga melakukan perundungan.
“Perundungan yang menghilangkan nyawa manusia tidak bisa dibiarkan begitu saja. DROP OUT mahasiswa tersebut!” sebut satu di antara warganet.
Bahkan sejumlah publik figur seperti Jerome Polin ikut meninggalkan simbol belasungkawa berupa emoji bunga dan hati putih di kolom komentar.
Sementara di platform X (dulu Twitter), beredar tangkapan layar percakapan yang diduga memperlihatkan perilaku perundungan terhadap Timothy.
Nama-nama terduga pelaku pun mencuat ke publik dan menjadi bahan perbincangan luas.
Di sisi lain, pihak kampus telah menjatuhkan sanksi kepada empat mahasiswa yang merupakan pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (Himapol) FISIP Unud Kabinet Cakra.
Mereka diberhentikan tidak dengan hormat dari organisasi dan dijatuhi sanksi akademik berupa pengurangan nilai soft skill, serta diwajibkan membuat surat pernyataan dan video permintaan maaf.
Keempat mahasiswa itu yakni:
1. Anak Agung Ngurah Nanda Budiadnyana (Wakil Kepala Departemen Minat dan Bakat)
2. Maria Victoria Viyata Mayos (Kepala Departemen Eksternal)
3. Muhammad Riyadh Alvitto Satriyaji Pratama (Kepala Departemen Kajian, Aksi, Strategis, dan Pendidikan)
4. Vito Simanungkalit (Wakil Kepala Departemen Eksternal)
Menurut Wakil Dekan III FISIP Unud, I Made Anom Wiranata, sanksi tersebut diberikan sebagai bentuk pembinaan, bukan hukuman kebencian.
“Sanksi ini bukanlah ekspresi kebencian kami sebagai pimpinan. Kami ini seorang guru, tugasnya mendidik,” ujarnya
Namun, sumber internal fakultas menyebutkan bahwa empat mahasiswa itu hanya sebagian dari total sekitar sembilan pelaku dugaan perundungan.
Nama lain yang disebut berasal dari fakultas berbeda, seperti Calista Amore (Fakultas Kedokteran) dan Jetro Ferdio (Fakultas Kelautan dan Perikanan).
Di samping itu, sang ayah Timothy Anugrah Saputra, Lukas Triana Putra, lontarkan pengakuan mengejutkan terkait gangguang psikologis hingga tewasnya Timothy.
Dalam hal ini, Ayah Timothy Anugrah Saputra, Lukas Triana Putra, mengklarifikasi terkait informasi yang beredar bahwa mendiang anaknya mengidap gangguan mental sehingga menjadi pemicu dugaan bunuh diri.
Lukas ceritakan, bahwa Timothy saat masih kecil sempat mengidap gangguan pendengaran.
Lalu, setelah diobati, Timothy pun telah dinyatakan sembuh.
"Memang pada waktu masih kecil, anak saya itu ada kelainan pendengaran di mana telinganya itu tidak dapat mendengar dengan baik. Sehingga dia dibawa ke spesialis THT (telinga, hidung, tenggorokan) anak dan pada saat itu, telinganya itu semenjak dibersihkan, pendengarannya menjadi baik," ceritanya dikutip dari YouTube metrotvnews, Minggu (19/10/2025).
Setelah itu, Lukas bercerita terkait pendidikan Timothy di mana mendiang menempuh pendidikan di sekolah internasional.
Dalam kesehariannya di sekolah, Timothy berkomunikasi dengan siswa lain dengan menggunakan Bahasa Inggris.
Ternyata, kata Lukas, hal ini menyebabkan Timothy sulit berkomunikasi dengan memakai Bahasa Indonesia.
"Jadi setelah kita lihat perkembangannya, setelah kelas empat, kok dia tidak bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar yang (menggunakan) Bahasa Indonesia," jelasnya.
Kemudian, Lukas pun memindahkan Timothy ke Sekolah Nasional Plus yang memadukan kurikulum nasional dengan kurikulum internasional. Hal ini agar Timothy dapat bersosialisasi dengan masyarakat.
Dalam proses tersebut, Lukas menyebut sang anak turut didampingi psikolog untuk memantau tumbuh kembangnya.
"Dan (Timothy) dinyatakan sudah bisa bersosialisasi tanpa didampingi psikolog itu, di SMP," ujarnya.
Lukas pun membantah bahwa sang anak saat masuk menjadi mahasiswa Sosiologi FISIP Unud, masih mengidap gangguan psikologis.
Dia juga mengaku kaget bahwa dalam sejumlah pemberitaan, Timothy diduga mengakhiri hidup karena mengidap gangguan psikologis.
"Semenjak dia di Udayana ini, dia itu sudah dinyatakan tidak ada gangguan dari psikologinya. Saya juga kaget kenapa ini anak diberitakan bahwa dia bunuh diri," pungkasnya. (aag)
Load more