Mata Pencaharian Rakyat Kecil Terancam, Pedagang se-DKI Jakarta Deklarasi Tolak Ranperda KTR
- istimewa
Apalagi di tengah kondisi sosio ekonomi saat ini, Mukroni menilai wakil rakyat tidak menunjukkan empati pada rakyat kecil.
"Ini menjadi beban tambahan buat kami pedagang warteg yang setiap hari berjuang untuk bertahan. Sudah banyak usaha warteg yang tumbang di tengah kondisi ekonomi saat ini. Melarang aktivitas merokok di rumah makan itu berarti wakil rakyat tidak mempertimbangkan realita usaha kecil. Pelanggan warteg bisa lari, dan itu semakin mempercepat pedagang bangkrut," bebernya.
Sebelumnya, menurut data internal Kowantara, sekitar 25 ribu warteg se-Jabodetabek telah tutup pasca pandemi COVID-19. Angka itu menunjukkan hampir 50 persen dari total 50 ribu warteg yang pernah eksis.
Perwakilan Warteg Merah Putih (Kowarmart), Damus pun juga menyayangkan sikap legislatif yang tetap meloloskan pasal-pasal pelarangan penjualan rokok.
Selain memberatkan bagi pemilik warteg, masyarakat ekonomi ke bawah yang menjadi konsumen juga akan terbebani.
"Jika diterapkan, memberatkan buat kita. Makin berkurang lagi pelanggan. Padahal selama ini sebagian besar konsumen tempat makan tersebut merupakan perokok, mulai buruh, pengemudi ojek online (ojol), hingga pekerja lapangan," pungkas Damus. (aag)
Load more