Pengamat Tata Kota UI Soroti Ironi Mimpi Jakarta Jadi Kota Global Tapi Masih Ada Kampung Kumuh
- tvOnenews - Julio
Jakarta, tvOnenews.com - Meski berstatus kota global, Jakarta masih menyimpan wajah buram berupa permukiman kumuh.
Pengamat Tata Kota Universitas Indonesia, Muh Azis Muslim, menilai hal itu menjadi ironi yang harus segera diselesaikan dengan perencanaan matang.
“Sejatinya apa yang saat ini diemban oleh Jakarta sebagai kota global tentu menjadi sebuah permasalahan bersama. Pemukiman kumuh itu kan sesuatu yang memang ada di berbagai negara. Tapi yang membedakan adalah bagaimana penanganan yang memang dilakukan,” kata Azis saat dihubungi tvOnenews.com, Minggu (21/9/2025).
Menurutnya, penataan kampung kumuh harus diarahkan pada peningkatan kualitas hidup warga, bukan sekadar pemindahan tempat tinggal.
“Ketika kita melakukan pengembangan atau pembangunan rumah susun komunal, juga harus dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas yang memang dibutuhkan oleh masyarakat,” ujarnya.
Ia menilai langkah itu penting agar warga merasakan perubahan nyata dalam kehidupannya.
“Sehingga ada perbedaan suasana kehidupan mereka dengan tersedianya berbagai macam fasilitas yang memadai,” ucapnya.
Azis menambahkan, program penataan kampung kumuh juga harus menangkap aspirasi dan partisipasi warga yang terdampak. Menurutnya, masyarakat bukan hanya objek, melainkan subjek yang menentukan keberhasilan kebijakan.
“Masyarakat itu sebagai penerima manfaat dari adanya kebijakan ya benar-benar menikmatinya,” tegasnya.
Selain itu, ia menekankan pentingnya sinergi dengan program pemerintah pusat. Kolaborasi dengan pihak swasta pun dibutuhkan agar penanganan tidak berhenti di level wacana.
“Program ini kan memang membutuhkan adanya kolaborasi ya baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan juga para mitra dari pihak swasta,” ungkapnya.
Sekretaris Komisi D DPRD DKI Jakarta, Habib Muhammad bin Salim Alatas, sebelumnya menilai masih adanya kampung kumuh di jantung Jakarta sebagai hal yang ironis.
Ia bahkan menyebut kondisi Johar Baru yang kumuh hanya sepelemparan batu dari Istana Negara.
“Memang ironis ya, di jantung ibukota, dekat dengan Istana Negara, tapi masih ada kantong-kantong pemukiman kumuh,” kata Habib. (agr/iwh)
Load more