Kasus Nadiem Makarim Disorot, Profil Orang Tuanya Justru Penuh Integritas dan Tokoh Antikorupsi
- Istimewa
Jakarta, tvOnenews.com – Nama Nadiem Anwar Makarim, mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) kini menjadi sorotan publik setelah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan laptop Chromebook senilai Rp1,98 triliun. Kejaksaan Agung menyebut Nadiem terlibat dalam perencanaan proyek yang dilaksanakan pada 2020, termasuk melalui rapat internal yang digelar secara daring.
Sejak Kamis, 4 September 2025, Nadiem resmi ditahan di Rutan Salemba cabang Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan. Mantan bos Gojek itu terlihat mengenakan rompi merah muda khas tahanan Kejaksaan. Kasus ini seketika memantik perhatian publik, bukan hanya karena besarnya kerugian negara, tetapi juga karena posisi Nadiem yang semula dikenal sebagai sosok muda reformis dan inovatif.
Namun di balik sorotan tajam terhadap Nadiem, publik juga menoleh pada sosok kedua orang tuanya. Kontras terasa, sebab ayah dan ibunya dikenal luas sebagai tokoh berintegritas yang justru aktif di bidang hukum, pendidikan, dan gerakan sosial.
Ibunda Nadiem: Atika Makarim, Putri Pejuang yang Getol Lawan Korupsi
Ibunda Nadiem, Atika Algadri Makarim, lahir di Pasuruan pada 21 Maret 1945. Ia merupakan putri dari Hamid Algadri, pejuang kemerdekaan yang berperan penting dalam Perundingan Linggarjati, Renville, hingga Konferensi Meja Bundar.
Pendidikan tinggi ditempuh Atika hingga ke luar negeri. Ia meraih gelar Master of Education di Harvard University, Amerika Serikat. Atika juga dikenal sebagai salah satu pendiri majalah Femina, simbol peran perempuan dalam dunia media dan bisnis di Indonesia.
Aktivismenya tak berhenti di sana. Atika tercatat sebagai Dewan Pendiri Bung Hatta Anti-Corruption Award (BHACA), penghargaan yang diberikan bagi pejabat publik berintegritas tinggi. Selama pandemi Covid-19, ia menggagas Gerakan Solidaritas Sejuta Tes Antigen bersama sejumlah tokoh nasional untuk membantu memperluas akses testing di Indonesia.
Sosok Atika juga dikenal tegas dalam mendidik. Nadiem sendiri pernah mengaku jarang mendapat pujian dari ibunya, meski berprestasi. Atika baru menyatakan kebanggaannya ketika Nadiem dipercaya mengemban jabatan menteri, sebuah ungkapan sederhana namun bermakna mendalam.
Ayah Nadiem: Nono Anwar Makarim, Aktivis 1966 dan Praktisi Hukum Ternama
Sang ayah, Nono Anwar Makarim, lahir di Pekalongan pada 25 September 1939. Ia dikenal sebagai aktivis Angkatan 1966 yang ikut berperan menggulingkan rezim Orde Lama.
Karier akademisnya terbilang gemilang. Setelah lulus Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Nono melanjutkan studi ke Harvard Law School dan meraih gelar doktor hukum dengan disertasi berjudul “Companies and Business in Indonesia”.
Dalam perjalanan kariernya, Nono pernah menjadi anggota DPR Gotong Royong (DPR-GR), penulis dan kolumnis di berbagai media, serta anggota Komite Etik KPK. Ia juga mendirikan sejumlah yayasan sosial seperti Yayasan Bambu Indonesia dan Yayasan Aksara. Dengan rekam jejak panjang itu, Nono dikenal luas sebagai sosok yang mengedepankan nilai integritas dan keberpihakan pada kepentingan publik.
Kontras yang Menyita Perhatian
Dengan latar belakang keluarga yang kental dengan perjuangan, pendidikan, dan integritas, kasus yang kini menjerat Nadiem Makarim menghadirkan kontras besar. Dari ayah yang dikenal sebagai praktisi hukum jujur hingga ibu yang aktif dalam gerakan antikorupsi, publik bertanya-tanya bagaimana perjalanan karier seorang Nadiem berujung pada dugaan keterlibatan dalam kasus korupsi triliunan.
Meski demikian, proses hukum masih berjalan. Kasus ini akan menjadi ujian besar bagi mantan Mendikbudristek itu, sekaligus meninggalkan catatan menarik: betapa berbeda perjalanan hidup seorang anak dengan nilai-nilai yang diwariskan orang tuanya. (nsp)
Load more