Sekolah Rakyat Menjadi Pelopor Pemetaan Bakat Berbasis AI, Mensos: Terobosan Besar Pendidikan Indonesia
- tvOnenews.com/Adinda Ratna Safira
Jakarta, tvOnenews.com - Sekolah Rakyat meluncurkan langkah berani dengan menerapkan teknologi pemetaan bakat berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk seluruh siswanya.
Program ini memungkinkan setiap anak dipetakan minat, gaya belajar, dan potensi profesinya sejak dini, sehingga arah pendidikan tidak lagi semata ditentukan oleh nilai akademik.
Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menyebut inisiatif ini sebagai terobosan besar pendidikan Indonesia saat membuka pembekalan guru dan kepala Sekolah Rakyat di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (22/8/2025).
“Karena seluruh siswa Sekolah Rakyat tidak menggunakan tes akademik untuk bisa sekolah di Sekolah Rakyat," kata Gus Ipul.
Hasil pemetaan yang dilakukan oleh Universitas Ary Ginanjar terhadap ribuan siswa menghasilkan temuan menarik. Dari 6.494 siswa yang diuji, kecenderungan minat mereka terbagi ke dalam tiga bidang utama yaitu 38,1 persen mengarah ke sains dan teknologi (STEM); 39,2 persen ke bidang sosial; dan 22,8 persen ke bahasa. Data ini membantu sekolah menyiapkan kurikulum yang lebih relevan dengan potensi anak.
Lebih jauh, proyeksi profesi siswa juga bervariasi. Sebanyak 31 persen diperkirakan akan berkarier di bidang teknik dan teknologi informasi; 23,9 persen di bidang pendidikan serta penegakan hukum; 22,9 persen di bidang kesehatan; 11,6 persen di media dan seni; 9,2 persen di bisnis perikanan dan perkebunan; sementara 1,5 persen memilih profesi ASN, TNI, Polri, atau bidang lain.
Tidak hanya siswa, gaya mengajar guru pun ikut dipetakan. Hasilnya menunjukkan mayoritas guru Sekolah Rakyat cenderung menggunakan pendekatan kinestetik (53,5 persen), disusul auditory (24,3 persen) dan visual (22,2 persen).
Keselarasan ini berdampak signifikan karena metode pengajaran dapat lebih sesuai dengan karakteristik siswa.
Misalnya, anak dengan gaya belajar kinestetik lebih diuntungkan melalui praktik langsung atau simulasi dibandingkan hanya menerima teori.
Analisis lebih detail memperlihatkan bahwa gaya belajar siswa berpengaruh hingga 52 persen terhadap prestasi akademik mereka. Data menunjukkan dominasi gaya belajar kinestetik (50,5 persen), kemudian auditory (30 persen), dan visual (19,5 persen). Hal ini menegaskan perlunya pendekatan pendidikan yang fleksibel, bukan seragam.
“Ini pertama kali di Indonesia, sekolah memetakan bakat dan talenta siswa sejak awal masuk,” tegas Gus Ipul.
Load more