Dirut BRI Buka Suara Soal Dugaan Motif Penculikan dan Pembunuhan Pegawai Bank BUMN Cempaka Putih
- Antara
Jakarta, tvOnenews.com - Motif penculikan sekaligus pembunuhan pegawai bank BUMN di Cempaka Putih berinisial MIP (37) belum terungkap dan masih menjadi misteri.
Keempat pelaku penculikan sekaligus pembunuhan pegawai bank BUMN tersebut sudah berhasil diringkus polisi.
Namun hingga saat ini, pihak kepolisian masih melakukan pemeriksaan terhadap para pelaku untuk membongkar motif pembunuhan tersebut.
Apakah kasus ini berkaitan dengan pekerjaan korban di perbankan, masalah pribadi, atau motif lain yang lebih kompleks.
- Istimewa
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Hery Gunardi buka suara terkait kasus pembunuhan yang menimpa karyawannya.
Hery Gunardi sebelumnya menyampaikan keprihatinannya terkait peristiwa tragis yang menimpa salah satu Kepala Cabang BRI tersebut.
Hal itu, Hery sampaikan dalam rapat dengan pendapat dengan Komisi VI DPR RI, pada Kamis (21/8/2025) lalu.
"Karyawan yang meninggal itu kita sedang melakukan pendalaman, kita juga prihatin, sepertinya diculik, saya lihat di videonya itu dimasukin mobil, terus dibawa, tahu-tahu meninggal tadi pagi," kata Hery.
Hery mengatakan pihaknya tengah mendalami lebih jauh motif di balik penculikan dan pembunuhan karyawannya tersebut Bersama pihak kepolisian.
Termasuk dugaan apakah kasus ini terkait dengan urusan panagihan kredit atau factor lain.
- Antara
"Apakah itu berkaitan dengan penagihan atau collection, atau bagaimana, itu kita belum dapat. Polisi sedang melakukan pendalaman untuk itu. Nanti kalau ada berita positif, kami akan update," kata Hery.
Fakta Baru Tentang 4 Pelaku
Empat pria pelaku penculikan dan pembunuhan pegawai bank BUMN berinisial MIP (37) selama ini tinggal di rumah sengketa dan tengah dalam pengawasan bank.
AT, RS, RAH, dan RW, tinggal bersama di sebuah rumah di Jalan Johar Baru III No.42, RT.05 RW.09 Jakarta Pusat.
Ketua RT 05, Sela mengaku bahwa para pelaku ini melapor untuk tinggal di rumah tersebut pada 20 Juni 2025.
- Istimewa
“(Pertama datang) Tanggal 20 Juni 2025. Lapor ke rumah "Bu Saya yang menempati rumah ini. Di suruh sama Bos saya. Bos saya lagi di Surabaya. Dia rumahnya banyak. Nah di sini saya yang nempatin". Tapi belum sempet datang bosnya. Sama saya itu ngomongnya malam,” kata Sela, kepada wartawan, Sabtu (23/8/2025).
Kemudian kepada Sela, para pelaku ini mengaku hanya tinggal bertiga. Namun faktanya mereka tinggal berlima dan selama tinggal tidak memberikan identitas diri.
“20 Juni dia bilang yang tempatin itu tiga orang. Memang yang saya lihat berlima. Dia selalu open kok. Pintu gerbang, pintu rumah selalu terbuka. Terlihat lima orang di sana. Memang dari awal saya sudah minta KTP sama KK. Yang bertanggungjawab di sini siapa? Terus dia bilang "nanti bu saya sibuk",” jelas Sela.
Sementara itu Sela menerangkan tidak ada aktivitas yang mencurigakan selama keempatnya tinggal di lingkungannya.
Bahkan dirinya baru mengetahui keempatnya berprofesi sebagai debt collector dari pihak kepolisian.
“Baik-baik aja, gak ada mencurigakan atau aneh-aneh. Biasanya aja sama kayak warga yang lain. Pertama dateng lapor baik-baik,” ujar Sela.
“Saya belum tahu malah dia sebagai apa bekerjanya apa, saya tahunya dari polisi saja. Dia debt collector,” sambungnya.
Lebih lanjut Sela menyebutkan bahwa para pelaku ini tinggal di rumah sengketa. Sebelumnya diketahui rumahnya sudah tak berpenghuni selama setahun dan dipasang plang ‘rumah sengketa.
Tetapi saat mereka tinggal, plang tersebut dicabut dan meminta izin tinggal kepada RT.
“Sebelum di tempatin iya kosong hampir setahun. Dulunya warga saya di situ tinggal, dia sudah KTP dan KK warga saya. Ya asli Jakarta lah. Cuman entah masalah apa. Tiba-tiba pamit mau pindah. Terus ya selama 4-5 bulan kosong ada plang situ rumah ini sengketa, sedang dalam pengawasan bank,” jelas Sela.
“Plang dicabut dateng dia "bu saya tempatin di sini ya sekarang". Jadi bukan ngontrak. Kebetulan dia ngomong "saya di suruh teman saya nempatin sini" teman saya lagi di Surabaya",” sambungnya. (ars/muu)
Load more