Mentan Bocorkan Penyebab Banyak Penggilingan Padi Kecil Gulung Tikar
- YouTube TV Parlemen
Amran juga menanggapi isu 40 persen penggilingan kecil yang tidak beroperasi. Menurutnya, kondisi itu wajar mengingat perbedaan kapasitas dan harga di pasar. Ia menyoroti praktik penjualan beras dengan harga jauh di atas seharusnya.
"Setelah itu diperparah lagi dengan harga kualitas yang tidak benar. Itu mengangkat harga. Karena harusnya harganya Rp12 ribu, dijual Rp17 ribu. Dan itu sudah berapa tersangka? Banyak tersangka kan? Paham? Kalau selisih Rp5.000 kali 1 juta ton, itu sama dengan nilainya Rp5 triliun. Rp5 triliun itu korbannya adalah konsumen. Dirugi konsumen," ucapnya.
"Jadi jangan lagi menulis bahwa ini tutup, ini tutup, ini tutup. Ya, ini kondisi dari dulu terjadi. Kami akan perbaiki. Kenapa kami berani perbaiki? Karena ada perintah langsung Bapak Presiden," tutur dia lebih lanjut.
Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Sutarto Alimoeso mengakui sekitar 40 persen pabrik penggilingan padi tutup setelah aparat menindak kasus beras oplosan.
Data itu, kata dia, merujuk temuan Ombudsman RI di Karawang, Jawa Barat, di mana 10 dari 23 penggilingan berhenti beroperasi.
Sutarto menjelaskan pengusaha terbebani kenaikan harga pokok produksi (HPP) gabah menjadi Rp6.500 per kg, sementara harga eceran tertinggi (HET) beras tetap Rp12.500 per kg. Kondisi itu membuat banyak penggilingan sulit menutup biaya produksi.
Situasi diperparah dengan keterlambatan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) serta maraknya penindakan hukum.
Sutarto menilai penggilingan kecil paling rentan berhenti beroperasi, meski pengusaha besar juga mulai kesulitan bahan baku. (aag)
Load more