Berlayar di Kapal Tanker Yunani, Pelaut Indonesia Buktikan Kompetensi Kelas Dunia
- Istimewa
Jakarta, tvOnenews.com - Sebanyak 34 pelaut Indonesia kembali mengukir prestasi di panggung maritim global yang diberangkatkan oleh PT Pertamina Marine Solutions (PMSol) anak usaha dari Subholding Integrated Marine Logistics (SH IML) PT Pertamina (Persero) untuk bertugas di kapal-kapal tanker milik perusahaan pelayaran asal Yunani, Polembros Shipping Ltd.
Keberangkatan ini menjadi bagian dari kerja sama berkelanjutan yang dibangun antara PMSol dan mitra internasionalnya.
Menanggapi hal tersebut, pengamat Maritim dari IKAL Strategic Center (ISC), Marcellus Hakeng Jayawibawa mengatakan keberangkatan para pelaut ini tidak sekadar peristiwa administratif dalam industri pelayaran melainkan harus dilihat sebagai sebuah momen strategis yang menandai kebangkitan maritim nasional Indonesia.
"Ini bukan hanya soal pengiriman tenaga kerja, tapi soal kehadiran bangsa dalam simpul-simpul peradaban laut dunia. Para pelaut kita sedang menancapkan bendera merah putih di jalur-jalur pelayaran global yang menentukan arah distribusi energi dunia," kata Hakeng kepada awak media, Jakarta, Kamis (7/8/2025).
Hakeng menjelaskan hal ini menunjukkan Indonesia telah berhasil kembali menempatkan diri sebagai salah satu pemasok sumber daya manusia profesional yang memiliki daya saing tinggi di sektor pelayaran internasional.
"Ketika perusahaan pelayaran Yunani mempercayakan kapal-kapal mereka kepada pelaut Indonesia, itu bukan keputusan yang sembarangan. Mereka pasti sudah melalui proses seleksi ketat dan memperhitungkan banyak aspek. Ini adalah pengakuan atas keunggulan SDM maritim kita," ungkapnya.
Selain itu ia juga mengingatkan bahwa peluang ini tidak boleh dipandang sebagai keberhasilan sepihak dari BUMN atau satu instansi saja.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas institusi untuk memastikan bahwa pelaut Indonesia terus mendapatkan pelatihan, pendidikan, dan sertifikasi sesuai standar internasional dalam mengakomodasi dan memperkuat daya saing pelaut nasional.
"Institusi-institusi pelayaran kita harus bergerak cepat. Dunia berubah, dan permintaan terhadap pelaut yang cakap dalam teknologi, bahasa internasional, serta tanggap terhadap dinamika global sangat tinggi. Bila kita ingin menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia, maka SDM kita harus menjadi pilar yang kuat, bukan hanya untuk kapal-kapal nasional, tetapi juga kapal-kapal berbendera asing," katanya.
Ia menambahkan bahwa momentum ini seharusnya dimanfaatkan oleh pemerintah untuk menyusun kebijakan strategis jangka panjang dalam membangun ekosistem maritim nasional yang berkelanjutan.
Selain menyiapkan pelaut, Indonesia juga perlu memperkuat diplomasi maritim, memperluas kerja sama dengan negara-negara pengguna jasa pelayaran, dan menciptakan mekanisme perlindungan terhadap pelaut Indonesia di luar negeri.
“Bukan hanya mengirim, tetapi juga memastikan mereka terlindungi secara hukum, memiliki akses pada konsulat maritim, dan mendapatkan perlakuan yang adil sesuai hukum laut internasional. Negara harus hadir dalam setiap simpul perjalanan para pelaut kita di negeri asing,” ungkapnya.
Hakeng juga memberikan apresiasi langkah PMSol sebagai terobosan yang memperluas peran anak bangsa dalam pengelolaan logistik energi global.
Menurutnya jika langkah ini dikembangkan dengan terstruktur dan berkelanjutan maka Indonesia akan memiliki reputasi sebagai eksportir pelaut unggulan.
"Ekspor SDM maritim bukan hanya solusi ekonomi, tapi juga instrumen diplomasi lunak (soft power). Pelaut Indonesia yang bekerja di kapal asing bisa menjadi duta bangsa, memperkenalkan etos kerja, nilai-nilai kebangsaan, sekaligus memperluas jaringan diplomatik informal," ucap Hakeng.
"Justru di lautan itulah, eksistensi kita diuji. Sebab laut adalah cermin kekuatan, bukan sekadar batas geografis. Semakin besar peran kita di sana, semakin terdengar suara kita di panggung internasional," sambungnya. (raa)
Load more