5 Gagasan Strategi Menjemput Arah Baru Ekonomi Indonesia Menjelang 80 Tahun Kemerdekaan
- (ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA)
Jakarta, tvOnenews.com - R. Haidar Alwi, pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), menyampaikan pandangan jujur dan berimbang tentang masa depan ekonomi Indonesia menjelang usia ke-80 kemerdekaannya.
Baginya, ulang tahun bangsa bukan sekadar perayaan melainkan panggilan sejarah untuk menata ulang arah pembangunan agar lebih berdiri di atas kekuatan sendiri.
Haidar mengatakan sejak 2017, Tiongkok mulai menyaingi dominasi tersebut.
Pasca Covid, negara itu melesat dalam teknologi, kesehatan, militer, hingga sistem pembayaran global melalui konsolidasi BRICS.
"Pertarungan Amerika dan Tiongkok bukan sekadar persaingan ekonomi, tapi benturan dua sistem besar. Dan Indonesia harus memilih: menjadi penonton, atau ikut menentukan arah masa depan dunia," kata Haidar, Jakarta, Sabtu (5/7/2025).
Haidar Alwi menyampaikan bahwa pelemahan dolar bukanlah tanda kelemahan Amerika, melainkan strategi sadar untuk menghidupkan ekspor dan industri dalam negeri.
Ketika produk Amerika tak bisa bersaing dengan barang-barang murah dari Tiongkok, maka yang paling logis adalah membuat dolar lebih murah.
"Dolar bisa turun ke Rp14.000 bahkan Rp13.000. Ini bukan karena rupiah menguat, tapi karena Amerika sedang membalik strategi mereka," ungkap Haidar
"Bagi Indonesia, pelemahan dolar memberi dampak ganda: produk AS akan lebih murah dan pasar lokal bisa terganggu, jika tak ada perlindungan yang bijak dan adil. Namun, jika dikelola dengan cerdas, momentum ini juga bisa membuka ruang fiskal dan memperkuat sektor produksi dalam negeri," sambungnya.
Haidar Alwi mengusulkan lima langkah strategis untuk memperkuat pondasi ekonomi nasional.
Pertama dana pembangunan berbasis komoditas strategis berupa membangun cadangan nasional berbasis emas dan nikel untuk pembiayaan infrastruktur dan ketahanan energi.
"Komoditas bukan sekadar sumber devisa, tapi juga alat kedaulatan ekonomi," ungkapnya.
Kedua, pasar inovasi nasional berbasis karya anak bangsa berupa mewujudkan pembiayaan inovasi dari valuasi kekayaan intelektual agar penemu dan kreator bisa mengakses dana tanpa utang tapi dengan menjual nilai gagasan secara adil dan transparan.
Ketiga, koperasi digital untuk kepemilikan tambang dan hilir industri berupa melibatkan rakyat kecil dalam kepemilikan industri melalui platform digital koperasi nasional.
"Rakyat tidak lagi hanya sebagai konsumen, tapi juga pemilik aset negara," katanya.
Keempat, rupiah digital lokal untuk transaksi domestik yaitu sistem pembayaran digital lokal berbasis rupiah harus dikembangkan untuk UMKM, desa, dan pasar tradisional agar tidak selalu bergantung pada sistem rente global.
Kelima, pembaruan kurikulum ekonomi di sekolah menengah berupa anak muda perlu dibekali pemahaman ekonomi strategis sejak sekolah.
Pendidikan ekonomi tak boleh berhenti di teori, tapi harus mengarah pada pemahaman geopolitik, industri, dan kebijakan fiskal.
"Negara tidak boleh hanya jadi kasir untuk kekuatan asing. Kita harus mulai jadi perancang masa depan kita sendiri," tegas Haidar Alwi.
Haidar menjelaskan usia 80 bukan akhir perjalanan, tapi titik balik. Indonesia tidak kekurangan sumber daya, tidak kekurangan kecerdasan, dan tidak kekurangan sejarah kemenangan.
"Jika arah ini digenggam bersama, Indonesia tidak hanya akan selamat dari gejolak global, tapi akan menjadi poros ekonomi baru, bukan karena belas kasihan dunia, tapi karena kekuatan, kerja keras, dan kebijakan yang berpihak pada bangsa sendiri," pungkasnya. (raa)
Load more