ADVERTISEMENT
Advertnative
“Saya sadar kasus ini membawa dampak buruk bagi banyak pihak. Saya tidak ingin merugikan instansi lebih banyak lagi. Saya tertipu di media sosial tanpa saya bertemu (terduga penipu) seca fisik. Kejadiannya bulan November sampai pertengahan Desember. Lost contact. 2-3 Minggu berlangsungnya (komunikasi dengan terduga). Bukti percakapan sudah diserahkan ke Polres,” terangnya.
Humas PGRI Ilham Wahyudi pun kembali buka suara di sesi wawancara ini. Dia menegaskan pihaknya tidak “pasang badan” untuk Bu Salsa, melainkan menerima maafnya.
“Bu Salsa datang ke kami, menyatakan permintaan maaf. Sebagaimana manusia dan organisasi profesi dan Bu Salsa sudah mengundurkan diri (sebelumnya), maka kita terima permintaan maaf Bu Salsa,” kata Ilham.
“Saya juga memberikan nasihat jangan ada lagi kejadian seperti itu. PGRI punya keinginan dan tujuan utama agar pendidikan di Indonesia lebih baik. PGRI pasang badan (untuk Bu Salsa) ini tidak benar. Kami hanya pasang badan ke honorer, ke anggota kami, kami memperjuangkan itu,” sambungnya.
Ilham pun menjelaskan lagi perihal narasi “pasang badan” terkait Bu Salsa.
“Dalam AD/ART Pasal 1 disebutkan PGRI sebagai organisasi profesi melindungi secara hukum anggotanya. Terkait masalah Bu Sala menyampaikan permintaan maaf, itu kami terima. Saat minta maaf Bu Salsa bukan guru, sudah mengundurkan diri, maka tidak dibenarkan ‘dilindungi/pasang badan’ karena yang dilindungi bukan sebagai guru,” jelasnya.
“PGRI menyerahkan ke kepolisian apakah diproses kalau Bu Salsa sebagai korban, maka perbaiki nama baiknya. PGRI terbuka. Kami sampaikan di Indonesia jangan sampai ada ‘Bu Salsa’ yang lain,” pungkasnya. (nsi)
Load more