Jakarta, tvOnenews.com - Sebanyak 50 rumah warga di RT 13/RW 09 Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, terdampak banjir akibat saluran penghubung ke kali ditutup secara paksa oleh pemilik lahan yang dilintasi saluran air.
"Memang di wilayah ini sering banjir, tapi hanya sepintas saja. Setelah hujan turun, mungkin sekitar lima menit sudah normal kembali. Tidak pernah terjadi banjir seperti ini," kata salah satu warga Bambang Kuncoro di Lubang Buaya, Jakarta Timur, Senin (9/9/2024).
Dia menduga banjir yang merendam 50 rumah warga di RT 13 hingga ketinggian air mencapai paha orang dewasa tersebut disebabkan saluran air penghubung ke kali besar ditutup tanah oleh orang yang mengklaim pemilik lahan.
"Pemilik lahan (bukan warga di sini) mengklaim memiliki lahan tersebut, padahal saluran air itu dibuat oleh pemda," kata Bambang.
Menurut dia, tidak hanya rumah warga RT 13 yang terdampak banjir akibat penutupan saluran air tersebut, melainkan warga di RT 04 juga terdampak.
"Infonya, sudah meluas ke beberapa RT kemungkinan dampaknya lebih dari 50 rumah (KK). Harapannya, secepatnya pemerintah itu memfungsikan kembali saluran air dan dibuka hari ini juga," harapnya.
Dia mengaku warga sudah beberapa kali melaporkan persoalan itu kepada pihak Kelurahan tapi tidak pernah ditanggapi.
"Birokrasi sudah semua kita jalani, tapi tak ada tanggapan sama sekali. Kita hanya dapat harapan palsu, katanya mau di sedot, tapi tidak ada," tuturnya.
Warga lainnya berinisial H menyebutkan bahwa penutupan saluran air yang berlangsung sejak 27 Agustus 2024 itu menyebabkan luapan air berbau tidak sedap.
"Saat ini kondisi permukiman warga masih tergenang. Kan udah tergenang ini yang di bawah, sudah masuk ke rumah-rumah warga. Nanti mau disedot untuk sementara. Kita minta bantuan penyedotan dari pemadam jadinya," ujarnya.
Selain itu, dampak dari luapan air juga menyebabkan sejumlah warga mengalami penyakit gatal-gatal dan air tanah milik warga juga tercemar tak layak untuk minum.
"Airnya sudah tidak bisa dipakai dan sudah banyak warga yang gatal-gatal. Airnya bau sekali," ucapnya.
Dia pun menyesalkan adanya penutupan saluran drainase secara sepihak oleh pemilik tahan. Padahal, saluran air itu sudah ada sejak tahun 1980-an, sedangkan yang membeli lahan baru tahun 1998.
"Jadi baru sekarang ditutup (saluran air). (Diklaim sama pemilik tanah sehingga aliran saluran ditutup) Iya betul. Jadi kalau masuk ke lokasi, kita dilaporkan ke polisi. Padahal penyebab genangan di rumah warga ini karena saluran airnya ditutup paksa sama yang punya tanah," katanya.
Hingga kini, warga berharap adanya penyelesaian masalah saluran air dari Pemkot Jakarta Timur melalui Sudin Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Timur. (ant/ebs)
Load more