"Tentu ini perlu kita waspadai, menjelang Bonus Demografi 2030, agar Indonesia tidak justru turun kelas akibat gagap mendayagunakan kekuatan SDM dalam merespon kepentingan nasional," paparnya.
Ironisnya, lanjut dia menjelaskan, sebagai pemilik wilayah terbesar ke-14 di dunia, populasi manusia yang nyaris mencapai 300 juta jiwa yang didominasi sektor agraris dan maritim, justru menjadi negara importir pangan terbesar di dunia, khususnya beras, di peringkat kedua setelah Filipina.
"Padahal, negara yang masih menggantungkan sektor pangan (komoditas utama) pada negara lain tidak bisa mengklaim sebagai negara besar dan berdaulat, ujar Dina.
Maka, Dina Hidayana dalam momentum peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-79, mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menanggalkan egosentros alias keserakahan atas kekayaan dan kekuasaan yang menjerumuskan bukan saja diri sendiri dan keluarga yang bersangkutan.
Namun, secara luas kehidupan berbangsa dan bernegara akan kehilangan jati diri sebagai negara gotong royong nan gemah ripah loh jinawe, serta menghancurkan kesempatan generasi masa depan untuk menikmati Indonesia yang lebih adil, aman, makmur dan sejahtera.
Selaras tersebut, Dina pun berharap Indeks kebahagiaan Indonesia, beranjak naik lebih baik setidaknya dari negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand dan Singapura. Sementara ini World Happiness Report 2024 masih menempatkan Indonesia di Rangking 80 dari 143 negara.
"Artinya, visi negara kesejahteraan saat ini masih jauh dari asa, karena bahkan di Asia Tenggara pun masih tertinggal."
Load more