Nama-nama itu diantaranya Kolonel Ashari, Ibnu Sutowo, Karta Kusuma, Kertarto, Jamin Ginting dan Latief. Namun dari nama-nama tersebut Kolonel Latief tidak disetujui kenaikan pangkatnya menjadi Brigjen.
Kolonel Latief yang saat itu menjabat sebagai Komandan Brigade Infanteri Kodam V Jakarta Raya, dikemudian hari diketahui menjadi salah satu tokoh kunci dalam G30S PKI.
Foto: Kolonel Abdul Latief saat menjalani sidang di pengadilan militer. (Dok. Perpustakaan Nasional)
"Saya menyangka Latif ini tidak disetujui naik pangkat, sehingga dia mungkin kesal sama Pak Yani, kenapa tidak dibantu Lalu dia mengatakan mungkin kepada Politbiro bahwa Pak Yani itu dibuatkan namanya Dewan General yang akan menyingkirkan Presiden Sukarno" lanjutnya
Jenderal Ahmad Yani makin dipojokkan dengan isu Dewan Jenderal dan Dokumen Gilchrist yang dipropagandakan oleh Biro Khusus PKI melalui Sjam Kamaruzaman. Ahmad Yani juga dianalogikan PKI sebagai Jenderal Pentagon berkulit sawo matang.
Hal ini kemudian membuat Jenderal Ahmad Yani menulis surat yang cukup panjang kepada Bung Karno, menyampaikan tentang sikap Angkatan Darat yang setia pada perjuangan revolusi dan bagaimana PKI memutar balikkan fakta.
"Bapak saya menulis kepada Bung Karno, tapi tulisan ini masih coret-coret, saya tidak tahu apakah ini pernah terkirim. Tapi kalau menurut tulisan dari Rosihan Anwar dalam bukunya, ketika Bung Karno menerima surat dari Pak Yani, beliau sulit tidur" ungkap Amelia Yani.
Amelia Yani mengungkapkan, dalam buku agenda ayahnya itu, pada 18 Januari 1965, Jenderal Ahmad Yani menulis, "Mengapa saya menjadi prajurit? karena saya patriot, karena saya cinta tanah air saya" (buz)
Load more