Jawa Timur Adalah Kunci Pertarungan Pilpres 2024, Ke Mana Suara Warga NU Bakal Berlabuh? Ini Analisanya
- Antara
Jakarta, tvOnenews.com-Perebutan massa paling seru adalah perebutan massa Nahdlatul Ulama (NU), karena massa NU atau nahdliyyin itu memang setara dengan 50 persen atau lebih dari warga bangsa ini.
Survei terakhir yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA pada Agustus 2023 menunjukkan jamaah NU naik signifikan dari 27 persen pada Agustus 2005 menjadi 56,9 persen pada Agustus 2023. Muhammadiyah justru turun dari 9,4 persen menjadi 5,7 persen.
Pada survei itu menunjukkan bahwa orang yang merasa keluarga besar NU dan Muhammadiyah, dalam 20 tahun terakhir, mengalami perubahan yang sangat drastis.
Untuk NU, mereka yang merasa bagian dari NU atau yang merasa keluarga besar NU, jumlahnya bertambah banyak. Bertambah banyaknya sangat drastis. Sebaliknya, mereka yang merasa bagian dari keluarga besar Muhammadiyah berkurang sekali.
Anjloknya pengikut Muhammadiyah karena masalah kaderisasi, sehingga banyak yang merasa bukan lagi kadernya, padahal semuanya ingin Muhammadiyah, sebagaimana NU bisa terus tumbuh, karena kedua ormas itu mewakili dua segmen Islam moderat di Indonesia.
Dari data hasil survei itu menguatkan argumen bahwa massa NU yang melebihi 50 persen warga bangsa itulah yang menjadi faktor penyebab maraknya perebutan massa NU pada setiap pilpres, pilgub, dan pemilihan.
Perebutan massa NU itu agaknya terlihat dari ikhtiar para petinggi parpol untuk menggaet tokoh-tokoh NU yang merepresentasikan dari Jatim. Sebut saja untuk Pemilu 2024 ada nama-nama, seperti Mahfud MD, Khofifah Indar Parawansa, Muhaimin Iskandar, Yenny Wahid, dan sebagainya.
Bahkan, berebut massa NU dengan basis massa Jatim sudah ada yang menjadi realitas, yakni bakal Calon Presiden dan bakal Calon Wakil Presiden RI, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN), yang sudah dideklarasikan di hotel bersejarah di Surabaya, Sabtu (2/9/23).
Deklarasi itu agaknya menggambarkan ketatnya perebutan massa NU menjelang Pemilu 2024, karena Muhaimin sebelumnya menjatuhkan pilihan kepada Prabowo Subianto untuk maju pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, sehingga elektabilitas Prabowo dan Gerindra pun meningkat.
Namun, sejak Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) berdiri hingga berubah nama menjadi Koalisi Indonesia Maju menyusul bergabungnya Partai Amanat Nasional (PAN) dan Golkar, nama Cak Imin tak kunjung dideklarasikan sebagai pasangan Prabowo Subianto.
Load more