Jakarta, tvOnenews.com - Sepanjang awal tahun 2023, aksi-aksi kekerasan di Papua terus terjadi. Terkini, kerusuhan di Wamena pada Februari lalu yang dilatari dugaan penculikan anak. Atas hal itu mengakibatkan 12 orang meninggal dunia, 18 orang dari aparat keamanan serta 32 orang warga sipil terluka.
Sebelumnya, pada awal bulan yang sama di Nduga, publik dihebohkan dengan peristiwa penculikan pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens, yang juga merupakan warga Selandia Baru. Selain pesawat yang diawakinya dibakar oleh kelompok bersenjata pimpinan Egianus Kogoya, hingga saat ini keberadaan dan kondisi Philip pun tidak kunjung diketahui dengan pasti.
Merespons kejadian tersebut, Anggota DPD RI, Yorrys Raweyai menegaskan pentingnya pendekatan persuasif dalam menangani berbagai peristiwa kekerasan di Papua.
Selain tindak lanjut proses hukum yang maksimal dan tanpa pandang bulu, pendekatan persuasif dipandang mampu menyentuh akar persoalan yang sesungguhnya terjadi dan memicu berbagai persitiwa selama ini.
Berbagai laporan dan kajian yang mengemuka terkait kejadian di Wamena dan Nduga menunjukkan adanya persoalan yang mengakar selama ini tentang pengelolaan isu-isu kesejahteraan dan hubungan sosial-kemasyarakatan.
Relasi konstruktif antara masyarakat aslip Papua dan masyarakat pendatang belum terjalin dengan baik, hingga menimbulkan kecemburuan sosial.
“Masyarakat yang majemuk dan plural dengan kondisi sosial, politik dan keamanan di Papua yang cenderung tidak stabil, seringkali memicu kejadian-kejadian destruktif. Dengan mudah emosi publik tersulut hanya karena isu-isu yang tidak dikelola dengan baik," terang Yorrys di Jakarta pada Kamis (9/3/2023).
Load more