Potret Anak-Anak Afganistan Dipekerjakan Keluarga karena Ekonomi Terus Menurun
- AP Newsroom
Jakarta - Jumlah anak-anak yang dipekerjakan di Afganistan diketahui semakin tinggi. Anak-anak Afghanistan tumbuh dan didorong oleh turunnya ekonomi setelah Taliban mengambil alih negara.
Dilansir dari Save the Children bahwa setengah keluarga di negara itu telah mempekerjakan anak-anaknya agar keluarga mereka dapat makan dengan layak dan tidak kekurangan.
Kondisi di Afghanistan sangat sulit bahkan untuk orang dewasa yang membuat anak-anak diharuskan bekerja bersama keluarganya dari pagi hingga malam di musim panas.
Mereka mengangkut kaleng air, membawa cetakan bata kayu yang penuh lumpur untuk menjemurnya di bawah sinar matahari. Anak-anak itu juga mendorong gerobak yang penuh dengan batu bata kering ke tempat pembakaran untuk dibakar kembali.
Tak hanya itu, mereka juga mengambil arang membara yang telah dibakar di tempat pembakaran untuk potongan yang masih bisa digunakan menghirup jelaga dan menghanguskan jari-jari mereka.
Para anak-anak yang bekerja memiliki tekad yang kuat dan mulai mengetahui hal-hal lain selain kebutuhan keluarga mereka. Ketika ditanya mengenai mainan, anak-anak Afganistan ini pun tersenyum dan mengangkat bahunya. Dari anak-anak yang dipekerjakan, hanya sedikit yang sekolah.
Seorang anak bernama Nabila bekerja selama 10 jam bahkan lebih dan melakukan pekerjaan berat dan kotor yaitu mencetak lumpur ke dalam cetakan dan mengangkut gerobak penuh batu bata. Pada usia nya yang ke 12 tahun, Nabila telah bekerja di pabrik batu bata di setengah hidupnya.
Nabila telah bekerja di pabrik batu bara sejak dirinya berusia lima atau enam tahun. Sama hal nya dengan keluarga lain, keluarga dari Nabila juga bekerja sepanjang tahun di sebuah tempat pembakaran di dekat Kabul, bagian luar Jalalabad, dekat perbatasan Pakistan.
Dilansir dari apnews, salah satu keluarga mengatakan bahwa anak-anak nya pernah bersekolah namun, dirinya tidak punya pilihan lain ketika ekonomi memburuk.
“Tidak ada cara lain. Bagaimana mereka bisa belajar kalau kita tidak punya roti untuk dimakan? Bertahan hidup lebih penting,” ujar salah satu keluarga dilansir dari apnews, Kamis (23/9/2022).
Load more