Transisi Energi dengan Teknologi Energi Surya: Indonesia Siapkan 400 Ribu SDM untuk Revolusi Energi di Sektor Energi Terbarukan
- Istockphoto
“Kami membaginya menjadi enam periode waktu yang berbeda, dan untuk setiap periode waktu, kami punya teknologi spesifik yang menjadi fokus kami. Artinya, kita perlu tumbuh untuk mencapai target itu,” ujar Kepala BPSDM Kementerian ESDM, Prahoro Yulijanto Nurtjahyo.
Dari total 145 juta penduduk usia produktif di Indonesia, baru sekitar 10,5% yang berpendidikan setara sarjana. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri dalam menyiapkan tenaga profesional di bidang energi hijau. “Ada peluang kerja, ada permintaan, dan ada suplai SDM meski masih terbatas. Saya kira kondisi inilah yang mesti dipecahkan melalui kolaborasi antara pemerintah dan mitra strategis,” lanjutnya.
Dari sisi akademik, kebutuhan SDM pada sektor energi baru dan terbarukan (EBT) sangat besar, terutama berdasarkan RUPTL 2025–2034. Untuk pengembangan PLTS saja, kebutuhan tenaga kerja diperkirakan mencapai 72–74 ribu orang untuk target kapasitas 32–37 GW.
- Antara
“Jika kita bangun 4 PLTS, maka kita butuh tak kurang dari 400 ribu SDM kompeten,” jelas Rektor Institute Teknologi PLN, Iwa Garniwa. Ia juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri melalui program magang, riset bersama, hingga pelatihan dan sertifikasi.
“Kami ingin memastikan bahwa lulusan kami punya pondasi pengetahuan dan keterampilan yang baik, serta mentalitas untuk selalu belajar hal baru. Seperti yang kita tahu transisi energi membutuhkan banyak RnD (Research and Development)," ujar Wakil Rektor Riset dan Inovasi ITB, Lavi Rizki Zuhal.
Kesiapan teknologi dan SDM sangat menentukan keberhasilan transisi energi. ITB telah menyesuaikan kurikulum sarjana serta memperkuat kemitraan industri di tingkat pascasarjana. (udn)
Load more