Transisi Energi dengan Teknologi Energi Surya: Indonesia Siapkan 400 Ribu SDM untuk Revolusi Energi di Sektor Energi Terbarukan
- Istockphoto
tvOnenews.com - Perkembangan teknologi listrik dalam dua dekade terakhir telah menjadi fondasi penting bagi percepatan transisi energi global. Berbagai negara kini berlomba mengadopsi pembangkit ramah lingkungan, jaringan pintar (smart grid), hingga sistem penyimpanan energi yang lebih efisien.
Indonesia pun turut mengikuti arus perubahan ini melalui berbagai kebijakan dan program yang menekankan pentingnya inovasi dan ketersediaan tenaga kerja yang siap menghadapi tantangan energi masa depan.
Sejumlah inisiatif pemerintah dapat diakses melalui portal resmi transisi energi di laman ESDM dan informasi ketenagalistrikan nasional di IEPS. Transformasi energi tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga kesiapan sumber daya manusia yang memahami dinamika industri tersebut.
Ke depan, implementasi energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, hidro, serta hidrogen hijau menuntut keterampilan baru yang berbeda dari model pembangkit konvensional.
Program-program penelitian dan pengembangan (R&D), pelatihan vokasi, serta sertifikasi kompetensi menjadi bagian kunci dalam mencetak generasi profesional energi bersih yang mampu bersaing.
Upaya percepatan teknologi listrik dan penguatan kapasitas SDM ini semakin relevan ketika kebutuhan terhadap energi bersih terus meningkat.
Tantangan global terhadap perubahan iklim mendorong Indonesia untuk menetapkan target jangka panjang menuju net zero emission 2060, yang mengharuskan sinergi kuat antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan lembaga pendidikan.
Di sinilah forum-forum strategis seperti Electricity Connect 2025 memperoleh peran penting dalam mempertemukan seluruh pemangku kepentingan.
Melansir dari Antara, Electricity Connect 2025 menjadi ruang kolaborasi bagi sektor kelistrikan Indonesia untuk memperkuat kapasitas SDM dan teknologi dalam mendukung agenda transisi energi. Acara yang digelar di JCC ini menampilkan diskusi mendalam seputar strategi peningkatan kompetensi, termasuk inovasi teknologi yang diperlukan dalam membangun ekosistem energi hijau nasional.
Peningkatan kualitas SDM merupakan pondasi utama dalam mewujudkan transisi energi. Ia mengungkapkan bahwa pemerintah telah memetakan 3.764 peluang kerja baru di dalam ekosistem ekonomi hijau, namun pasokan tenaga ahli masih belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut.
Untuk itu, pemerintah merancang peta jalan pengembangan SDM hijau hingga 2060, mencakup sektor hidrogen pada 2031, teknologi nuklir pada 2032, serta sistem energi berbasis baterai pada 2035.
“Kami membaginya menjadi enam periode waktu yang berbeda, dan untuk setiap periode waktu, kami punya teknologi spesifik yang menjadi fokus kami. Artinya, kita perlu tumbuh untuk mencapai target itu,” ujar Kepala BPSDM Kementerian ESDM, Prahoro Yulijanto Nurtjahyo.
Dari total 145 juta penduduk usia produktif di Indonesia, baru sekitar 10,5% yang berpendidikan setara sarjana. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri dalam menyiapkan tenaga profesional di bidang energi hijau. “Ada peluang kerja, ada permintaan, dan ada suplai SDM meski masih terbatas. Saya kira kondisi inilah yang mesti dipecahkan melalui kolaborasi antara pemerintah dan mitra strategis,” lanjutnya.
Dari sisi akademik, kebutuhan SDM pada sektor energi baru dan terbarukan (EBT) sangat besar, terutama berdasarkan RUPTL 2025–2034. Untuk pengembangan PLTS saja, kebutuhan tenaga kerja diperkirakan mencapai 72–74 ribu orang untuk target kapasitas 32–37 GW.
- Antara
“Jika kita bangun 4 PLTS, maka kita butuh tak kurang dari 400 ribu SDM kompeten,” jelas Rektor Institute Teknologi PLN, Iwa Garniwa. Ia juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri melalui program magang, riset bersama, hingga pelatihan dan sertifikasi.
“Kami ingin memastikan bahwa lulusan kami punya pondasi pengetahuan dan keterampilan yang baik, serta mentalitas untuk selalu belajar hal baru. Seperti yang kita tahu transisi energi membutuhkan banyak RnD (Research and Development)," ujar Wakil Rektor Riset dan Inovasi ITB, Lavi Rizki Zuhal.
Kesiapan teknologi dan SDM sangat menentukan keberhasilan transisi energi. ITB telah menyesuaikan kurikulum sarjana serta memperkuat kemitraan industri di tingkat pascasarjana. (udn)
Load more