G30S PKI Biang Kerok Gagalkan Kisah Cinta Kapten Pierre Tendean, Terungkap dalam Sepucuk Surat ke Mitzi Kakak Perempuannya
- Kolase Instagram/@pierresangpatriot/@vz_pierre
Jakarta, tvOnenews.com - Siapa yang tidak mengenal Kapten Pierre Tendean? Sosok masuk daftar tujuh Pahlawan Revolusi gugur saat pemberontakan G30S PKI.
Sebagaimana diketahui, Kapten Pierre Tendean merupakan ajudan Jenderal Nasution yang tewas akibat kekejaman Gerakan 30 September oleh PKI.
Di akhir hayatnya, Kapten Pierre Tendean melakukan tugas mulia melindungi Jenderal Abdul Haris Nasution, namun nyawanya tidak tertolong.
Kapten Pierre Tendean Ajudan Jenderal Nasution
- IG @pierresangpatriot
Kapten Pierre Tendean mengalami penculikan oleh Cakrabirawa, pasukan di bawah pimpinan Letkol Untung Syamsuri.
Melansir dari buku Pierre Tendean karya Masykuri terbitan 1983/1984, Masykuri menulis pria bernama asli Pierre Andrias Tendean itu sedang tidak piket.
Namun pada 1 Oktober 1965, pasukan Cakrabirawa tetiba mengepung kediaman Jenderal Nasution di Jalan Teuku Umar Nomor 40, Menteng, Jakarta Pusat.
Pengepungan ini bermula ketika seorang pasukan Cakrabirawa merangsek kediaman Jenderal Nasution.
Keberadaan mereka membuat satu keluarga Jenderal Nasution khawatir, khususnya memikirkan nyawa sang jenderal.
Dalam program wawancara tvOne, putri pertama Jenderal Nasution, Yanti mengatakan, sang ayah menenangkan istrinya lantaran dia tidak takut terhadap Cakrabirawa.
Saat Jenderal Nasution keluar dari pintu, letusan tembakan tersebar luas namun sang jenderal berhasil kabur.
Menariknya saat itu, Kapten Pierre Tendean yang hendak tidur pada dini hari merasa kebisingan atas suara tembakan di rumah Jenderal Nasution.
Kapten Pierre Tendean mengambil senjata dan jaket andalannya, namun ia gagal karena pasukan musuh menculiknya. Ia pun dibunuh dan jasadnya dibuang ke Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Padahal di semasa hidupnya, Kapten Pierre Tendean mempunyai kisah cinta yang menarik, khususnya lewat isi sepucuk surat dikirim kepada kakak perempuannya, Mitzi Farre Tendean.
Cerita Cinta Kapten Pierre Tendean kepada sang Kekasih
- Istimewa
Melalui surat tersebut, ajudan Jenderal Nasution itu mengabarkan kepada Mitzi, bahwa dirinya telah menemukan cinta sejatinya, Rukmini biasa disapa Mimin.
"Mitz, aku sudah ketemu jodohku, sudah ya Mitz, doakan saja mudah-mudahan tercapai," tulis Masykuri sambil mengulas ucapan Pierre Tendean dalam bukunya.
Mitzi langsung membalas soal percintaan sang adik, kakak Pierre Tendean itu menuliskan, "Pierre, kalau orang mau berumah tangga yang penting adalah restu dari orang tua."
Mitzi mempunyai bayangan soal masa depan percintaan sang adik, sebab Pierre Tendean punya perbedaan pandangan dengan sang ibu.
Pierre Tendean pernah berdebat dalam urusan masuk ke Akademi Militer. Terkini, ia berbeda pandangan mengenai jodohnya.
Bukan tanpa alasan, orang tua Pierre sangat menyayangi Pierre, kekhawatiran mereka khususnya sang ibu memuncak karena takut anaknya tidak bahagia.
Pierre Tendean membuktikannya, ia kerap menemui Rukmini ketika ada waktu luang saat menjalani tugasnya.
Pierre Tendean sering masak-masak bersama dengan Rukmini. Kebersamaan inilah membuat ia terus meyakinkan kedua orang tuanya agar memberikan restu.
Namun apa yang terjadi? Seluruh keluarga Dr. Tendean merestui pilihan Pierre Tendean, apalagi sang kapten telah mempunyai ikatan perjanjian.
Masykuri menuturkan, Pierre kemudian sibuk memikirkan perekonomian untuk persiapan berumah tangga dengan Rukmini.
Sebab, pikiran tersebut bergejolak lantaran status ia saat ini hanya berpangkat Letnan Satu. Artinya, ia tidak mendapat gaji besar.
Masykuri menuliskan, "Karena itu dicarinya jalan untuk menambah penghasilan, yaitu ikut mengemudikan traktor dalam pembuatan jalan di Silang Monas, pada waktu malam hari, ketika sedang tidak bertugas."
Kapten Pierre menggunakan kesempatan penting bisa menemui Rukmini kala ia menjalani tugas bersama Jenderal Nasution ke Medan pada 31 Juli 1965.
Jadwal pernikahan keduanya pun terbentuk, yakni akan berlangsung pada November 1965. Pierre langsung menceritakan kepada Ibu Nasution.
Johanna Sunarti Nasution, istri Jenderal Nasution menasehati Pierre dengan mengatakan, "Jangan terlalu memuja calon istrimu. Jangan sekali-kali mempunyai anggapan bahwa cintamu terhadap calon istrimu tak dapat dipisahkan oleh siapa pun."
Johanna menceritakan kisah cinta Kolonel Suryo Sumarno dan istrinya yang begitu bahagia.
Percintaan yang selalu diagung-agungkan mereka harus berakhir, sebab Overste Suryo Sumarno tewas oleh PKI saat gerilya ke Merbabu-Merapi Kompleks pada 1949.
Johanna tidak menginginkan kejadian hal serupa dialami oleh Pierre Tendean.
Johanna mengungkap firasat buruk itu terjadi saat dua hari sebelum Kapten Pierre tewas akibat menjadi korban salah penculikan oleh pasukan G30S PKI.
Rencana kebersamaan Pierre dengan Mimin berakhir gagal usai sang kapten tewas terbunuh dan dikubur di Lubang Buaya, Jakarta Timur.
(buz/hap)
Load more