Karya tulis yang dimaksud Ibas di sini adalah berupa apa saja, mulai dari buku romansa, cerpen jenaka, esai akademia, hingga opini kritis, dan lainnya.
“Penulis memiliki kapasitas dalam dalam membentuk jiwa generasi dan mengarahkan semangat zaman bangsa. Menulis juga membangun peradaban. Peradaban yang lebih maju dan karya tulis itu bisa live forever,” katanya.
Dalam penutupnya Ibas mengutip sebuah kalimat dari novelis Andrea Hirata dan Pramoedya Ananta Toer.
“Andrea Hirata berkata: ‘bermimpilah dalam hidup, jangan hidup dalam mimpi’, saya pikir kalian adalah penulis, kalian tidak sedang bermimpi, tapi kalian hidup dalam membuat mimpi-mimpi itu. Pramoedya Ananta Toer berkata: ‘orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian," tegas dia.
“Menulis adalah keberanian. Kalian di sini adalah orang yang berani, yang bisa memberikan warna warni dunia pendidikan literasi dan pengembangan pengetahuan lintas zaman. Penulis Indonesia harus tetap eksis, karena bagaimana akan mendunia tak berbatas, jika punah? Sehingga, ayo kita bergerak! Bersama kita wujudkan Indonesia maju, tedidik, menuju Indonesia yang lebih gemilang,” imbuhnya.
Sementara, Edhie Baskoro Ketua FPD DPR RI ini menambahkan sebagai sebuah bangsa, Indonesia memiliki kekayaan sastra yang luar biasa.
“Dari waktu ke waktu, penulis Indonesia, baik pria maupun wanita, telah menunjukkan bahwa kata-kata dapat mengubah dunia. Sebut saja R.A. Kartini ‘Habis Gelap, Terbitlah Terang’ hingga hari ini hampir semua sastrawan penulis di Indonesia pasti paham dan tahu, sosok yang menginspirasi kita terkait emansipasi perempuan, tapi lebih lanjut tentang bagaimana seorang memperjuangkan kehidupan, pendidikan yang ada di Indonesia,” terangnya.
Load more