tvOnenews.com - Baris demi baris pohon mangrove berderet berlapis melindungi pesisir Pantai Pasir Putih, Cilamaya, Karawang. Layaknya prajurit di medan perang, satu bibit mangrove tidak kuasa bertarung sendirian. Perlu batalion pohon mangrove yang kuat dan saling mendukung untuk memenangkan pertarungan melawan abrasi dan tantangan perubahan iklim lainnya di kawasan pesisir.
Seribu “prajurit tambahan” bibit mangrove baru ditanam Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) saat kunjungan manajemen pada akhir September lalu. Lokasi penanaman berada di daerah program pemberdayaan masyarakat Jaga Alam Melalui Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, disingkat JAM PASIR, di Pantai Pasir Putih, Cilamaya Kulon, Karawang.
Penanaman bibit bakau ini merupakan bagian dari program Restorasi Mangrove Jawa (REMAJA). Sejak 2018, melalui program REMAJA, PHE ONWJ telah menanam hampir 44.000 bibit mangrove di sepanjang pesisir pantai Jawa bagian barat yang membentang dari Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu, dan Cirebon.
Dalam kesempatan berinteraksi dengan masyarakat, manajemen PHE ONWJ kembali menegaskan komitmen untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dan menjaga kelestarian alam melalui inisiatif-inisiatif yang melibatkan komunitas lokal.
“Kami berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Kami sangat senang melihat antusiasme masyarakat. Keterlibatan aktif masyarakat adalah kunci keberhasilan program restorasi mangrove. Kami ingin memberdayakan masyarakat pesisir agar dapat memanfaatkan potensi alam secara berkelanjutan. Misalnya, dengan mengembangkan produk-produk olahan dari hasil hutan mangrove atau mengembangkan wisata mangrove yang edukatif,” kata General Manager PHE ONWJ Muzwir Wiratama.
Penanaman bibit mangrove memiliki banyak manfaat, di antaranya melindungi garis pantai dari abrasi, menjadi habitat bagi berbagai jenis biota laut, serta menyerap karbon dioksida yang berkontribusi pada perubahan iklim. Di Kawasan Pasir Putih, Desa Sukajaya, Karawang, barisan “prajurit” mangrove telah terbukti mencegah abrasi dan banjir rob.
“Dulu, kehidupan kami tidak tenang seperti sekarang,” kata Sahari, tokoh masyarakat Desa Sukajaya, menceritakan perbedaan sebelum dan setelah program penanaman mangrove.
Sekitar 10 tahun lalu, kata Sahari, masyarakat yang tinggal di bibir pantai di Desa Sukajaya harus mengungsi ke rumah sanak saudara atau ke titik yang lebih tinggi, setidaknya dua sampai tiga dalam setahun. Di masa-masa itu, banjir rob menggenangi rumah warga, dengan ketinggian variatif, antara 10 centimeter sampai 1 meter.
“Saat banjir rob, kami tidak bisa membawa apa-apa, kecuali alat masak, seragam dan buku-buku sekolah anak-anak. Kami sudah tidak terpikir untuk membawa surat-surat berharga,” sambung Sahari.
Selain bertujuan untuk melindungi ekosistem pesisir dari abrasi, program JAM PASIR turut memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat melalui pelibatan aktif dalam kegiatan UMKM dan ekowisata.
PHE ONWJ menginisiasi program pengembangan ekonomi berbasis mangrove yang melibatkan istri-istri nelayan. Realisasi program berupa diversifikasi produk olahan laut dan mangrove, di antaranya dodol dan jus buah. Melalui program ini, para ibu yang tergabung dalam 25 kelompok UMKM mendapatkan tambahan penghasilan sebesar Rp135 juta per tahun.
Kini, para warga Pasir Putih tidak perlu lagi menenteng alat masak dan menggendong anak untuk evakuasi. Barisan mangrove tidak saja memberikan perlindungan dan ketenangan bagi hidup mereka, tapi juga membawa berkah tambahan penghasilan bagi masyarakat.(chm)
Load more