Simak, Ini Jurus Menjadi Warga Digital yang Cakap, Beretika, dan Berdaya
- Viva
Dari sudut pandang berbeda, dosen Universitas Dr. Soetomo Surabaya Meithiana Indrasari mengatakan, menjadi warga digital yang beretika harus mampu membuat rekam jejak positif, menghindari perundungan siber (cyberbullying), ujaran kebencian (hate speech), serta berbagai jenis konten negatif.
”Jejak digital yang positif: berpikir sebelum bertindak, menghindari tindakan yang melanggar hukum, berkomunikasi dengan sopan dan santun, menghindari konten yang tidak pantas, menjaga privasi, dan membangun citra positif,” rinci Meithiana Indrasari.
Sementara itu, dosen Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Eko Pamuji lebih khusus meminta warga digital untuk menghindari perundungan siber. Hal itu mengingat hasil riset polling Indonesia bersama Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2019, 49 persen pengguna internet Indonesia pernah di-bully.
”Bentuk perundungannya mulai dari menyerang (attacking), intimidasi, kekerasan (violence), pendiskreditan, pelecehan (abuse), penghinaan (humiliate), pengancaman (threat), pengasingan, hingga disrespek,” jelas Eko Pamuji.
Untuk diketahui, webinar seperti digelar di Jombang ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) yang dihelat Kemkominfo. GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.
Sampai dengan akhir 2023, program #literasidigitalkominfo mencatat sebanyak 24,6 juta orang telah mengikuti program peningkatan literasi digital yang dimulai sejak 2017. Kegiatan ini diharapkan mampu menaikkan tingkat literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia hingga akhir 2024.
Kecakapan digital menjadi penting, karena – menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) – pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 juta jiwa penduduk Indonesia.(chm)
Load more