Ragam karya yang dipamerkan memang terbentang luas. Kita juga bisa melihat lagi sketsa sketsa Delsy di Majalah Film tentang isu terhangat di dunia perfilman. Goresan Delsy di majalh yang kulit mukanya selalu perempuan seronok memang dimaksudkan seperti berita film, tapi berbentuk sketsa dari perspektif Delsy.
Pada salah satu dinding ditampilkan reproduksi sketsa saat Delsy menyambut rencana pembuatan film eksperimental oleh 13 sutradara muda pada medio 2000. Wajah wajah sutradara seperti Teddy, Sri Katon, Enison Sinaro, Nan T Achnas, Mira Lensma, Riri Riza dibuat sketsa. Berita jadi khas, menarik dan menghibur.
Delsy juga banyak membuat logo-logo untuk perusahaan perusahaan. Ditampilkan juga proses pembuatan logo dan pencarian bentuk tipografinya. Karya terakhirnya yang dipamerkan adalah lukisan Gelar Perang Sentot Prawirodirdjo. Sosok Sentot menunggang kuda, berjubah putih nampak menunjuk ke sebuah arah. Di latar belakang pesona alam yang biasa kita jumpai di lukisan hindia molek. Ada gunung, sawah dan sungai.
Karya lukisan seniman yang ditulis dalam France Art Journal 1974 sebagai Seniman Asia Tenggara Terbaik ini juga ternyata cukup banyak kolektornya. Barangkali karena kolektor menemukan nafas Basuki Abdullah dan Raden Saleh pada lukisan Delsy. Kolektor mengenal Delsy saat berpameran bersama dengan Basuki Abdullah dan S. Sudjojono pada sebuah bienalle. Delsy meninggal dunia di pangkuan istri pertamanya “Adila” pada 2001 di Jakarta. (bwo)
Load more