- F1
Keputusan Red Bull yang Lebih Pilih Liam Lawsion daripada Carlos Sainz Tuai Banyak Kritikan, Mereka Dianggap...
tvOnenews.com - Kondisi garasi dari tim Red Bull Racing pada gelaran F1 2025 tengah mendapatkan perhatian dari para penggemar hingga media.
Pasalnya, setelah menjalani dua balapan di Australia dan China salah satu pembalap mereka musim ini, Liam Lawson, gagal menunjukan kemampuan terbaiknya.
Liam Lawson harus tersingkir pada saat GP Australia yang merupakan balapan pembuka, karena mengalami spin pada pertengahan balapan.
Liam Lawson (sumber: F1)
Keadaan semakin memburuk saat Grand Prix China dimana Liam Lawson selalu menduduki posisi bentuk mulai dari sesi kualifikasi Sprint hingga kualifikasi race.
Lawson hanya mampu mengejar hingga posisi ke-15 di Grand Prix China dan naik ke P12 setelah Charles Leclerc, Pierre Gasly, dan Lewis Hamilton didiskualifikasi.
Lebih parahnya, Liam Lawson harus puas diasapi Yuki Tsunoda yang merupakan pembalap Racing Bull dan tandemnya yang berstatus debutan, Isack Hadjar.
Hal itulah yang membuat rumor pertukaran pembalap antara Red Bull dan Racing Bulls mungkin terjadi di GP Jepang.
Tak hanya soal isu pertukaran pembalap saja, Red Bull justru mendapatkan kritik karena lebih memilih Liam Lawson daripada Carlos Sainz di awal musim F1 2025 ini.
Red Bull dikritik karena menempatkan Liam Lawson di mobil kedua mereka alih-alih merekrut Carlos Sainz.
Saniz menjadi salah satu pembalap yang cukup menarik minat banyak tim setelah dirinya kehilangan tempat di Ferrari yang baru merekrut Lewis Hamilton.
Meski tersedia kursi kosong di Red Bull dan Mercedes, keduanya mengabaikan Sainz yang membuatnya pergi ke Williams.
Melansir dari laman Crash, keputusan Red Bull untuk mempromosikan Liam Lawson dari tim Racing Bull justru menjadi bumerang setelah dua balapan musim ini.
Salah satu yang memberikan kritikan terhadap keputusan Red Bull adalah pengamat F1, Alex Jacques.
"Sainz, Rekrut Sainz yang sedang tersedia. Mereka punya pilihan untuk melakukannya. Dia adalah pemenang Grand Prix yang sudah terbukti. Anda tahu datanya saat dia bersama Max Verstappen." kata Alex Jacques dalam podcast F1 Nation.
"Ia tidak mengalahkan Verstappen dan ia tidak sering mengalahkan Charles Leclerc, namun, ia adalah pembalap yang meraih kemenangan saat semuanya tidak berjalan sesuai rencana," pungkasnya.