- iStockPhoto
Teks Khutbah Idul Fitri 2025 Singkat: Kembali ke Maksiat setelah Ramadhan Tanda Puasa Sia-sia
Tak lupa, khatib mengajak jemaah shalat Id sekalian untuk senantiasa bersholawat serta salam tercurahkan kepada Nabi junjungan kita, Baginda Nabi Muhammad SAW. Tidak ada manusia menjadi idola kita selain beliau yang telah terpilih menuntun kita selalu bertakwa kepada Allah SWT.
Jemaah shalat Id yang berbahagia
Idul Fitri adalah momen kemenangan setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa. Umat Islam bertakbir, bersyukur, dan merayakan hari yang suci dengan penuh kebahagiaan.
Namun, setelah Ramadhan berlalu, muncul pertanyaan reflektif apakah kita akan tetap menjaga ketakwaan atau kembali ke kebiasaan lama yang penuh maksiat?
Idul Fitri memiliki makna kembali ke fitrah, yakni kesucian jiwa yang terbebas dari dosa. Jika setelah Ramadhan kita kembali kepada kemaksiatan, apakah itu berarti puasa kita tidak membuahkan hasil?
Pada waktu kultum yang singkat ini, saya selaku khatib akan membahas tanda-tanda puasa yang diterima, serta cara agar kita tetap istiqamah dalam ketaatan setelah Ramadhan.
Pertama-tama mengenai hakikat Ramadhan dan tujuan puasa yang begitu berkah telah kita lalui bersama, sebagaimana seruan menjalankan ibadah puasa termaktub dalam Surat Al-Baqarah Ayat 183, Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah, 2:183).
Ayat ini seolah-olah menunjukkan sekaligus mengingatkan kepada kita semua bahwa, tujuan utama puasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga, melainkan membentuk pribadi yang bertakwa.
Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah yang seharusnya menjadi madrasah ruhani, tempat kita melatih diri untuk menjauhi dosa dan meningkatkan kualitas ibadah.