news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

KH Ahmad Bahauddin Nursalim alias Gus Baha.
Sumber :
  • Instagram/@ngajionline_gusbaha

Ketika Ramadhan Berakhir Malah Semarakkan Lebaran Berhari-hari, Gus Baha Tegaskan Ternyata Bisa Pengaruhi ini

Gus Baha meniru sekaligus meneladani sosok ini saat menganjurkan umat tidak perlu menyemarakkan hari raya lebaran sampai berhari-hari setelah bulan Ramadhan.
Sabtu, 22 Februari 2025 - 15:10 WIB
Reporter:
Editor :

tvOnenews.com - Ramadhan adalah bulan suci yang dianggap sangat berkah oleh umat Muslim. Mereka berantusias mengisi ibadah puasa sebelum merayakan lebaran.

Bulan Ramadhan menjadi momentum terbaik bagi umat Muslim memperbanyak amalan dan ibadah selain berpuasa.

Setelah puasa selama bulan Ramadhan, umat Muslim akan menyemarakkan Hari Raya Idul Fitri, yang istilahnya adalah momentum lebaran.

Hampir seluruh umat Muslim menikmati momen lebaran apalagi ajang silaturahmi dengan keluarga sampai berhari-hari.

Menurut Gus Baha, lebaran tidak perlu dirayakan berhari-hari bahkan bisa berminggu-minggu, karena akan mempengaruhi kegiatan lainnya.

Ilustrasi silaturahmi keluarga saat hari raya lebaran setelah Ramadhan
Sumber :
  • iStockPhoto

 

Lantas, mengapa setelah Ramadhan tidak boleh menikmati lebaran dengan waktu yang lama?

Dilansir tvOnenews.com dari kanal YouTube Santri Gayeng, Sabtu (22/2/2025), Gus Baha menceritakan tentang lebaran.

Secara umumnya, lebaran beridentik dengan hari raya di mana umat Muslim seluruh dunia menyemarakkan hari kemenangannya.

Lebaran memberikan tanda hari kemenangan berbasis spiritual karena umat Muslim telah melewati ibadah puasa selama Ramadhan dengan penuh perjuangan.

Lebaran juga bisa berarti hari pembebasan, sekaligus waktu terbaik meningkatkan iman dan takwa.

Gus Baha juga sangat mendukung apabila lebaran digunakan dengan sebaik mungkin untuk ajang silaturahmi.

Selain itu, rata-rata umat Muslim melakukan ziarah kubur ke makam anggota keluarganya yang telah meninggal dunia lebih dulu.

Namun demikian, santri kesayangannya Mbah Moen itu tidak menganjurkan lebaran dirayakan berlarut-larut.

Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA itu mengakui dirinya sangat bangga terhadap orang-orang di sekitaran kediamannya saat momentum lebaran.

"Tradisi hari raya di kediaman saya hanya pada hari pertama dan malam hari ke dua Syawal," ujar Gus Baha.

Gus Baha mengatakan alasan lebaran tidak boleh disemarakkan begitu lama karena bisa mempengaruhi pekerjaan.

Pekerjaan ibaratnya adalah salah satu bagian ibadah. Umat Muslim mendapat tugas untuk mencari rezeki, yang sebetulnya telah memiliki porsinya masing-masing atas ketetapan dari Allah SWT.

"Orang biar tetap kerja sesuai dengan kemampuan masing-masing dan itu ibadah yang paling utama," terang dia.

Ia mempertanyakan terkait silaturahmi adalah ibadah terbaik. Pernyataan ini berarti sama saja terlalu mengagung-agungkan lebaran.

"Memang termasuk kebaikan, tapi ibadah terbaik adalah kerja," tuturnya.

Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini menjadi teringat dari sosok almarhum guru tercintanya, KH Maimoen Zubair alias Mbah Moen di setiap momentum lebaran.

Gus Baha mengakui Mbah Moen bukan orang sembarangan, bahkan menjadi ulama terpandang di wilayah Indonesia.

Namun, Mbah Moen tetap lebih mengutamakan ibadahnya saat kebaran dengan melakukan berdagang atau berniaga.

"Ketika makan di rumahnya, yang ia (Mbah Moen) makan adalah uang hasil jualannya," ucap Gus Baha.

Pendakwah kelahiran asal Rembang ini menuturkan Mbah Moen selalu jualan pecel, terkhusus target pembelinya adalah para santri.

Tak hanya Mbah Moen, Gus Baha meneladani sosok ayahnya, KH Nursalim ketika lebaran, tidak pernah terlihat begitu bahagia, walaupun momentum ini menandakan hari raya kemenangan.

"Bapak saya juga begitu. Betapa besarnya bapak, sekalinya di rumah biasa," tandasnya.

(hap)

Berita Terkait

Topik Terkait

Saksikan Juga

01:02
02:56
15:03
10:35
06:54
01:00:11

Viral